"Kemunduran negara tidak akan terjadi kalau tidak ada kemunduran budi dan kekusutan jiwa" -- Buya Hamka
Tahun 2019 menjadi tahun politik bagi negara Indonesia. Beberapa bulan lagi masyarakat Indonesia dari sabang sampai merauke akan merayakan pesta demokrasi, sebuah pemilihan umum untuk presiden. Dua calon presiden yang bertarung dalam pemilihan tersebut adalah Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi.
Kedua calon presiden (Jokowi dan Prabowo) telah memiliki pendukung yang sama banyak. Dari pendukung kalangan masyarakat kelas bawah, atas, organisasi masyarakat, bahkan organisasi keagamaan. Mereka semua saling mendukung pasangan calon presiden dengan cara mengkampanyekan di media sosial.
Sejatinya, dengan banyaknya para pendukung yang mengkampanyekan pasangan calon presiden di media sosial mereka, telah membuat demokrasi di negara Indonesia berjalan dengan baik. Tetapi sangat disayangkan sekali dengan beberapa pendukung atau netizen yang menodai demokrasi dengan cara yang buruk dalam mengkritik lawan politiknya.
Beberapa kegilaan-kegilaan netizen dalam melawan atau mendukung pilihan politik seperti menyebar hoax, mengujar kebencian, sampai menggunakan kata-kata yang tidak layak menunjukan bahwa kita belum mampu untuk menampilkan cara berpolitik yang bermoral.
Dulu, sebelum kegilaan netizen terjadi, negara Indonesia telah mempunyai sosok yang berpolitik dengan bijaksana. Sosok itu bernama Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka. \
Buya Hamka adalah seorang tokoh agama, politikus, dan sastrawan. Berbagai penghargaan yang telah diterimanya dari dalam negeri maupun luar negeri seperti Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (tahun 1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (tahun 1958), dan Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.
Penghargaan tersebut bukanlah sesuatu yang begitu saja didapatkannya, melainkan dari berbagai pemikiran -- pemikiran tentang politik, agama, dan akhlak yang bisa dipelajari dan diterapkan sampai saat ini. Khususnya untuk Netizen yang saat ini terlihat mengerikan.
Konsep Politik Syura
Syura adalah merupakan kunci pembangunan masyarakat dalam menghadapi suatu permasalahan keduniawian yaitu dengan cara bermusyawarah. Berbagai tokoh agama mempunyai tafsiran sendiri mengenaik konsep syura, termasuk Buya Hamka.Â
Menurut Buya Hamka sendiri, konsep syura atau musyawarah bisa dibawa ke berbagai tingkat sosial bernegara, bermasyarakat, bahkan keluarga sekalipun. Dimana dalam mencari solusi atau jalan keluar dari berbagai persoalan yang terjadi saat ini dengan cara saling bermusyawarah. Dalam pandangannya, hendaklah syura yang terlaksana dilandaskan atas pertimbangan sesuatu yang mendatangkan kebaikan (mashlahat) dan kerusakan atau akibat buruk yang menimpa seseorang (kelompok) karena perbuatan atau tindakan pelanggaran hokum.