Halo, readers! Perkenalkan saya Rezky Tri Kurniawan mahasiswa penerima beasiswa prestasi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta Program Studi D4 Perhotelan. Blog ini merupakan wadah bagi tulisan saya untuk membagikan beberapa pengalaman maupun pengetahuan yang telah saya dapatkan, semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman ya!
Stunting merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Stunting disebut juga dengan perawakan pendek. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko mengidap penyakit degenerative. Stunting tidak hanya mempengaruhi masalah kesehatan, namun juga mempengaruhi tingkat kecerdasan pada anak.
Stunting masih merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang belum terselesaikan. Stunting akan menyebabkan efek jangka panjang yaitu terganggunya perkembangan fisik, mental, intelektual, serta kognitif. Anak yang terkena stunting hingga usia lima tahun akan sulit diperbaiki sehingga akan berlanjut hingga dewasa dan berisiko memiliki keturunan dengan berat badan lahir rendah.
Faktor risiko terjadinya stunting pada anak seperti faktor genetik berdasarkan tinggi badan orang tua. Selain itu, Status ekonomi yang kurang menyebabkan kemampuan mmembeli bahan makanan yang baik juga rendah. Kualitas dan kuantitas makanan kurang baik pula. Sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi. Selain dari fakto pola asuh juga terdapat faktor dari anak itu tersendiri. Pada beberapa anak yang sedang dalam masa pertumbuhan seringnya mengalami penurunan nafsu makan, tidak suka makan makanan rumah dan lebih suka membeli jajanan diluar. Sehingga anak kurang mengkonsumsi sayur dan buah, hal ini akan menyebabkan anak kekurangan mikronutrien yang bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Dampak stunting pada anak bukan hanya terdapat pada tinggi badannya, namun dapat berdampak pada berbagai organ tubuh akibat kekurangan energi kronik. Pada anak dengan malnutrisi kronik biasanya terjadi keterlambatan pubertas dan keterlambatan pertumbuhan gigi akibat kekurangan makanan kaya vitamin D. Kekurangan gizi juga dapat berdampak pada kurangnya perhatian dan memori saat belajar. Kekurang gizi pada fase cepat tumbuhnya otak bersifat irreversbel, sehingga masalah gizi harus diatasi sejak dini. Dan jika kecerdasan bersifat irreversible maka kecerdasan tidak akan berkembang secara optimal. Sehingga terjadinya penurunan kecerdasan dan akan berdampak bagi generasi Indonesia. Anak dengan stunting rsta-rata memiliki IQ 11 poin lebih rendah disbanding anak yang tidak stunting.
Melihat dampak yang cukup besar pada stunting, maka masalah stunting perlu perhatian khusus. Dibutuhkan peran orangtua dan pemerintah dalam pencegahan stunting. Peran orangtua dalam pencegahan stunting berkaitan erat dengan peningkatan status gizi. Status gizi anak balita dipengaruhi oleh banyak factor yakni tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah keluarga dan pemberian makanan tambahan.Pendidikan dan pengetahuan gizi ibu mempunyai pengaruh dalam konsumsi makanan keluarga. Peran seorang ibu sangat penting atau di butuhkan dalam pemenuhan gizi pada anak. Pengetahuan dan ketrampilan yang memadai seharusnya dimiliki oleh ibu sebagai modal dalam pemenuhan gizi bagi anak. Para ibu khususnya harus dapat membentuk pola makan anak, menciptakan situasi yang menyenangkan dan menyajikan makanan yang menarik untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI