Mohon tunggu...
Rezky Raudah
Rezky Raudah Mohon Tunggu... -

mahasiswa fakultas farmasi universitas Hasanuddin angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keberadaan Obat Palsu di Tengah Masyarakat

29 November 2014   16:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Obat palsu adalah obat yang kandungan bahan berkhasiatnya diganti dengan sebagian atau seluruh bahan yang mirip tetapi secara kimia berbeda dan tidak ada khasiatnya sama sekali. Tindakan pemalsuan obat dapat berupa penggunaan bahan dasar yang tidak sesuai dengan syarat dalam hal ini menggunakan bahan yang sudah tidak layak pakai yang tidak memiliki khasiat, meniru produk obat dan menggunakan merek obat tersebut tetapi kandungan bahan didalamnya tidak sama.

Obat palsu sangatlah berbahaya karena dapat menyebabkan risiko buruk terhadap kesehatan. Pemakaian obat palsu di bawah standar dapat mengarah pada resistensi obat dan bahkan dapat meyebabkan kematian.

Berikut ini dampak negatif obat palsu menurut Dokter Spesialis Biomedicine dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Melva Louisa dibagi menjadi dua. Yaitu resiko dan dampak pribadi pasien yang meminum obat maupun terhadap masyarakat. Berikut ini dampak resiko yang bisa ditimbulkan obat palsu :

Resiko Pribadi yaitu terapi menjadi tidak efektif, kondisi tubuh bukan membaik malah memburuk, tubuh mengalami resistensi atau tidak lagi bereaksi terhadap dosis yang sudah diberikan oleh dokter sebelumnya, pada beberapa kasus ekstrim menyebabkan kematian. Sedangkan resiko terhadap masyarakat yaitu obat yang sudah diproduksi menjadi tidak berguna, keracunan berisi zat berbahaya dapat menimbulkan resiko berjamaah bahkan kematian dalam jumlah banyak, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap penyembuhan melalui obat. (http://www.tempo.co)

Maraknya Obat Palsu di pasaran membuat masyarakat harus lebih jeli lagi dalam membedakan antara obat palsu dan obat asli. Tapi ada cara untuk membedakan antara obat palsu dan obat asli yaitu dengan mencermati nama obat, produsen dan tanggal kadaluwarsanya, adanya tulisan timbul dan mencantumkan nomor izin edar yang terdiri dari 15 digit, membeli obat resep hanya di apotek dan beritahu dokter anda bila obat yang diberikan tidak menolong meredakan kondisi anda. (http://www.ipmg-online.com)

Tetapi perbedaan antara obat asli dan obat palsu diatas tidaklah terlalu membantu karena faktanya sekarang kecanggihan pemalsuan obat tidak terlepas pula dari kemajuan industri grafis saat ini. Melihat perkembangan teknologi grafis tersebut berupa fotokopi warna, hologram, dan hires scanner, yang membuat produk palsu sulit dibedakan dengan aslinya. Praktik pemalsuan dan peredaran obat palsu sepenuhnya dimotivasi oleh “kerakusan” dan kepentingan bisnis atau keinginan mendapatkan keuntungan semata. Bagi pemalsu obat, memalsukan, mengedarkan, atau menjual obat palsu merupakan bisnis yang sangat menggiurkan dengan risiko yang relatif minim. (http://gelgel-wirasuta.blogspot.com)

Adapun kasus mengenai peredaran obat palsu adalah kasus mengenai obat palsu yang dibuat sangat mirip dengan Tramadol yang asli yang dibuat pabrik obat pada umumnya yang sangat sulit dibedakan. Dari kemasan sampai fisik obat sangat mirip, hanya bisa melalui tes laboratorium, yang terjadi di kawasan pergudangan Akong, Jalan Karet Jaya, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Pabrik ini memproduksi 12 juta butir obat pelemas otot per harinya, dimana obat berbentuk kapsul dan pil dengan merek Tramadol HCL 50 mg ini telah beredar luas di sejumlah puskesmas dan apotek. (http://www.tempo.co)

Laporan akhir tahun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan ada 13 obat palsu yang beredar di pasar sepanjang 2013. Ke-13 obat tersebut berikut kelas terapinya adalah Codein 100 mg tablet (analgesik agonis opioid dan antitusif), Pethidin HCI injeksi (Analgesik Opioid), Diazepam (psikotropika-anxiolytic), Neurobion injeksi (vitamin), Cartisona Acetate injeksi (kartikosteroid), Valirlix injeksi (produk biologi-vaksin), Nizoral tablet (anti-fungi), Ponstan tablet (NSAIDs), Amoxan (antibiotik), Incidal OD (anti-histamin), Viagra (disfungsi ereksi), Levitra (Disfungsi Ereksi), dan Cialis (disfungsi ereksi). (http://www.stopobatpalsu.com)

Sejauh ini kendala pemberantasan obat palsu karena kurangnya kerja sama antara BPOM dengan kalangan profesional baik di farmasi maupaun para dokter dan petugas yang bergerak di sarana pelayanan kesehatan.

Keberadaan pedagang obat kaki lima diduga menjadi tempat beredarnya obat palsu, banyak produsen obat yang khawatir banyak obat yang di palsukan, memang harga obat di kaki lima berbeda dengan harga obat di apotik, namun dari segi kualitas sangat berbeda.

Diperlukan adanya kerja sama ini dikarenakan dapat memberikan kontribusi yang besar, sebab di tangan mereka ada proses edukasi kepada pasien dan tanggungjawab untuk senanatiasa melihat kondisi pasiennya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun