Putaran final Piala AFF U-19 2024 yang digelar di stadion Gelora Bung Tomo (GBT) antara Indonesia dan Thailand berbuah manis. Garuda muda asuhan Indra Sjafri itu berhasil keluar sebagai kampiun usai mengalahkan Thailand lewat gol semata wayang yang dicetak oleh Jens Raven pada menit ke-18.
Kemenangan ini menambah daftar panjang prestasi yang diraih oleh garuda muda setelah sebelumnya Timnas kelompok umur mulai dari U-16, U-19, hingga U-22 sudah berhasil menjadi juara di Piala AFF serta berhasil menyabet medali emas pada SEA Games 2023 kemarin.
Lalu mengapa Timnas kelompok umur cenderung lebih berprestasi ketimbang seniornya? Sebenarnya ada beragam faktor yang bisa menjadi penyebab kenapa Timnas senior selalu dinilai minim prestasi. Setidaknya berikut adalah hal-hal yang selalu dibahas;
- Kurang Displin
Ketika masih berada di kelompok umur para pemain biasanya masih mudah untuk berada dalam pengawasan pelatih sehingga penjagaan pola makan dan nutrisi yang masuk kedalam tubuh pemain jadi jauh lebih terkontrol, sedangkan dikutip dari Tirto.id mantan pelatih Indonesia Alfred Reild menilai bahwa ketika mulai menginjak level senior, pemain-pemain Indonesia sudah tak lagi disiplin sekaligus tak mau menjaga asupan gizinya.
- Jadwal Padat
Dilansir dari Bola.com mantan penggawa Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto memiliki pandangan tersendiri mengenai kiprah Timnas yang selalu gagal di final Piala AFF level senior, Kurniawan mengatakan bahwa ada beragam alasan diantaranya ialah pemain yang tidak mau dilepas klub, persiapan yang mepet, kompetisi yang terus berjalan dan pemain yang kelelahan sehingga tidak maksimal ketika bermain untuk Timnas.
- Stamina kendur
Seperti yang diberitakan oleh CNN Indonesia pada 2019 lalu kondisi fisik para pemain seringkali menjadi hambatan untuk Timnas senior bisa tampil prima ketika bermain dalam waktu penuh 90 menit, hal ini yang kemudian dapat memudahkan tim lawan untuk bisa memenangi pertandingan.
- Kualitas pemain yang kalah jauh
Pemain Timnas kita banyak sekali yang kalah dari segi pengalaman jika dibandingkan dengan para Timnas senior dikawasan Asia. Banyak dari pemain nasional mereka yang sudah berkiprah pada liga top dunia misalnya Korea, Jepang, Iraq, Thailand, dan lain sebagainya, sedangkan pemain kita masih sedikit yang berani melakukan abroad ke luar negeri.
- Kalah mental
Jauhnya posisi rangking FIFA Timnas senior Indonesia dengan negara-negara di kawasan Asia lainnya kerap kali mengendurkan mental para pemain membuat gap antara pemain kita dengan pemain lawan terlampau jauh apalagi ketika Timnas sudah kebobolan lebih dulu para pemain biasanya akan bermain pasif karena runtuhnya mental.
Meski demikian saat ini Timnas senior Indonesia dibawah kepemimpinan Shin Tae Yong sudah mulai menuju ke arah yang lebih baik dengan menggembleng fisik serta ketahanan mental, para pemain kini jadi jauh lebih percaya diri meskipun lawan yang dihadapinya adalah raksasa sepakbola Asia seperti Jepang, Korea, dan Australia. STY juga mendatangkan para pemain keturunan yang memiliki pengalaman berkualitas membuat para pemain lokal bisa saling bertukar pengalaman dengan mereka.
Permainan Long-ball Timnas zaman dulu pun sudah mulai diganti menjadi skema permainan sepakbola modern sehingga permainan squad garuda menjadi lebih efektif, hal ini dibuktikan lewat sederet capaian yang berhasil diraih oleh Timnas senior era STY seperti pertama kali masuk round 16 besar piala asia 2024, pertama kali masuk round 3 kualifikasi piala dunia 2026, lolos otomatis pada piala asia 2027 sampai menaiki ranking FIFA Indonesia dari yang sebelumnya berada di peringkat 175 dunia menjadi urutan 134 dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H