Entah sudah berapa lama matahari menyinari dunia, ia pun tidak mengetahuinya. Yang ia ketahui hanyalah kewajibannya untuk menerangi bumi. Ia bahkan mendapat julukan "Sang Raja Siang", walaupun dia tidak menginginkannya.Â
Namun tanpa seorangpun menyadari, matahari selalu mendambakan malam. Ia selalu iri pada bulan yang menyinari dunia kala malam, redup namun indah. Matahari tidak pernah membenci bulan, ia hanya mendambakan posisi yang ditempati bulan, tidak kurang dan tidak lebih.
Suatu ketika ia mencoba melakukan negosiasi dengan sang dewi malam. Ia meminta bulan untuk bertukar tempat setiap kali malam tiba di sisi lain. Bulan pun mengiyakan tanpa menanyakan apapun, karena ia tahu betul betapa matahari mendambakan malam.
Saat proses pergantian tempat terjadi matahari tersenyum senyum kecil. Ia pikir akhirnya ia mempunyai kesempatan untuk menerangi malam dan menenangkan para manusia yang hendak beristirahat. Namun saat ia tiba di posisi bulan sebelumnya, yang ia dapatkan adalah cemoohan dari para manusia yang perlahan terbangun dari tempat tidurnya dan menyiapkan diri untuk melakukan aktvitas kembali.
Melihat itu matahari sempat meneteskan air mata yang membuat para manusia kewalahan saat hendak pergi bekerja. Perlahan air mata nya pun terhenti, dan ia menyadari bahwa dirinya lah yang melenyapkan malam yang ia dambakan. Mataharipun akhirnya memahami, bahwa selamanya ia hanya dapat merindukan malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H