Mohon tunggu...
Re
Re Mohon Tunggu... Desainer - Seeker

Aku tidak berteman dengan huruf, tidak juga dekat dengan kalimat, namun banyaknya peristiwa membuat lidahku ingin bergerak dan berteriak. Latar belakang yang selalu bersembunyi di balik ruang kamarku yang kecil juga membuat bibirku sulit untuk bekerja sama dengan lidah dan pita suara. Karena itu lah tangan mulai bergerak dan bekerja sama dengan mesin berbalut besi dan juga gelombang yang tak terlihat untuk mencoba membuat pemikiran menjadi suatu ucapan di tempat yang tak seorang pun mengenal siapa aku.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Matahari yang Merindukan Malam

22 November 2017   14:23 Diperbarui: 22 November 2017   14:31 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Entah sudah berapa lama matahari menyinari dunia, ia pun tidak mengetahuinya. Yang ia ketahui hanyalah kewajibannya untuk menerangi bumi. Ia bahkan mendapat julukan "Sang Raja Siang", walaupun dia tidak menginginkannya. 

Namun tanpa seorangpun menyadari, matahari selalu mendambakan malam. Ia selalu iri pada bulan yang menyinari dunia kala malam, redup namun indah. Matahari tidak pernah membenci bulan, ia hanya mendambakan posisi yang ditempati bulan, tidak kurang dan tidak lebih.

Suatu ketika ia mencoba melakukan negosiasi dengan sang dewi malam. Ia meminta bulan untuk bertukar tempat setiap kali malam tiba di sisi lain. Bulan pun mengiyakan tanpa menanyakan apapun, karena ia tahu betul betapa matahari mendambakan malam.

Saat proses pergantian tempat terjadi matahari tersenyum senyum kecil. Ia pikir akhirnya ia mempunyai kesempatan untuk menerangi malam dan menenangkan para manusia yang hendak beristirahat. Namun saat ia tiba di posisi bulan sebelumnya, yang ia dapatkan adalah cemoohan dari para manusia yang perlahan terbangun dari tempat tidurnya dan menyiapkan diri untuk melakukan aktvitas kembali.

Melihat itu matahari sempat meneteskan air mata yang membuat para manusia kewalahan saat hendak pergi bekerja. Perlahan air mata nya pun terhenti, dan ia menyadari bahwa dirinya lah yang melenyapkan malam yang ia dambakan. Mataharipun akhirnya memahami, bahwa selamanya ia hanya dapat merindukan malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun