Mohon tunggu...
Re
Re Mohon Tunggu... Desainer - Seeker

Aku tidak berteman dengan huruf, tidak juga dekat dengan kalimat, namun banyaknya peristiwa membuat lidahku ingin bergerak dan berteriak. Latar belakang yang selalu bersembunyi di balik ruang kamarku yang kecil juga membuat bibirku sulit untuk bekerja sama dengan lidah dan pita suara. Karena itu lah tangan mulai bergerak dan bekerja sama dengan mesin berbalut besi dan juga gelombang yang tak terlihat untuk mencoba membuat pemikiran menjadi suatu ucapan di tempat yang tak seorang pun mengenal siapa aku.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sapaan Singkat

20 November 2017   22:26 Diperbarui: 20 November 2017   22:34 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Malam itu untuk pertama kali nya kami saling bertatapan setelah sekian lama. Jantungku berdetak dengan cepat, cukup cepat hinggan membuatku dapat mendengarnya bergaung di telingaku seraya mengolok-ngolok di tengah keadaan ini. Mataku terasa panas, aku tak tahu berapa lama lagi aku dapat menahan air yang yang berdiam di sudut ruang mataku ini. Walaupun dengan susah payah, akhirnya aku berhasil meyakinkan diri, lalu matakupun mulai bermain kesana-kemari seraya mengamati dirinya dengan seksama dan tak ada perubahan yang kutemukan.

Saat aku melihat matanya, aku merasakan kerinduan, "sinar mata yang polos dan lugu itu masih disana rupanya" kataku dalam hati. Lesung pipinya yang dengan sembunyi-sembunyi memperlihatkan dirinya saat ia tersenyum juga selalu saja dapat menarik perhatianku, namun rambut panjangnya yang hitam dan indah itu masih tetap menjadi bagian favoritku.

Bagian terakhir yang kulihat adalah tangan mungilnya yang seolah mengundang untuk di genggam. Aku sangat ingin menggenggamnya, namun itu sama saja seperti kepiting yang berharap dapat berjalan dengan lurus, MUSTAHIL. Terlalu banyak luka yang sudah ku torehkan di dadanya, cukup banyak untuk membuatnya berpikir bahwa aku tidaklah pantas untuk dalam kehidupannya. Saat ini semua keberanian yang sudah ku kumpulkan dengan susah payah hanya dapat kumanfaatkan menjadi sebuah sapaan singkat, "Hai, apa kabar?".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun