Mohon tunggu...
Rezka Salsabila
Rezka Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Berkurangnya Tutupan Hutan di Kalimantan Selatan Menjadi Pemicu Timbulnya Suatu Bencana

12 Desember 2021   23:18 Diperbarui: 23 Desember 2021   12:15 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada tahun 1990, telah diketahui bahwa total luas tutupan hutan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu mencapai sekitar 1.915.225 hektar atau sekitar 52% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Setelah 29 tahun yang terlewatkan yaitu tepatnya pada tahun 2019, luas tutupan hutan di Kalimantan Selatan menjadi tinggal 902.634 hektar saja atau sekitar 245 dari luas wilayahnya. Maka, pada tahun 1990-2019 terjadinya pengurangan sebanyak 28% atau kira-kira sekitar 1.012.541 hektar luas tutupan hutan yang hilang. Tutupan hutan di Kalimantan Selatan hanya tertinggal 21% saja untuk saat ini. Apakah ini yang menjadi suatu penyebab timbulnya bencana?

Ada tiga bencana alam yang sering terjadi di Kalimantan Selatan yaitu ketika sedang memasuki musim penghujan dan musim kemarau. H. Supriyono mengatakan "jika musim musim kemarau ataupun kering maka akan terjadi kebakaran lahan, saat terjadinya panca roba yang dilanda oleh puting beliung dan musim hujan akan terjadi banjir," ujarnya di Marabahan, Sabtu. pada bulan Januari tahun 2021 Kalimantan Selatan mengalami sebuah musibah yang melanda wilayahnya yaitu bencana banjir besar yang telah melahap 10 kabupaten dan kota Banjarmasin. Menurut Presiden Jokowi, banjir besar yang melanda Kalimantan Selatan baru-baru ini adalah kejadian yang baru kali ini terjadi sejak 50 tahun terakhir.

Pada tanggal 18 Januari 2021 Presiden Jokowi melakukan kunjungannya ke Kabupaten Banjar, beliau mengatakan bahwa curah hujan yang tinggi dalam 10 hari terakhir berturut-turut menjadi salah satu penyebab sungai Barito tidak sanggup lagi untuk menampung volume air yang berlebihan. Menurut dari Presiden Jokowi, biasanya sungai Barito hanya dapat menampung 230 juta meter kubik air. pada saat hujan besar yang melanda pada saat itu, volume air yang memasuki sungai Barito mencapai sebanyak 2,1 miliar meter kubik atau terjadinya kenaikan jumlah volume air sebanyak lebih dari 9 kali lipat dari yang sebelumnya. Curah hujan yang tinggi di Kalimantan Selatan terjadi tepatnya pada 9-13 Januari 2021. Intensitas curah hujannya mencapai 461 milimeter per harinya atau mengalami kenaikan dari rata-rata yaitu sebanyak 394 milimeter per harinya pada Januari 2021.

Juru Bicara Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Arie Kompas menjelaskan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah wilayah yang seharusnya menjadi tempat untuk penampungan air hujan di Kalimantan Selatan. Akan tetapi, karena telah terjadinya tutupan hutan yang berkurang setiap tahunnya secra drastis maka inilah yang menjadi penyebab kemampuan DAS untuk menampung air hujan menjadi berkurang. Beliau juga menjelaskan bahwa Kalimantan Selatan wilayahnya memiliki dua DAS sebagai wadah untuk menampung air hujan yang berguna untuk menghindari terjadinya bencana banjir, yaitu ada DAS Barito dan DAS Maluku yang mana kedua DAS tersebut berada di area Pegunungan sekitar Meratus.

Beliau juga menambahnkan bahwa pada setiap tahunnya deforestasi di wilayah Kalimantan Selatan tersebut menjadi semakin masif serta telah terjadinya suatu masalah pada lingkungan sekitar. Suatu penyebab timbulnya masifnya deforestasi ialah karena terdapatnya konsesi kelapa sawit sampai ke lubang tambang yang semakin mengarah pada area tutupan hutan di Kalimantan Selatan. Selain hanya karena daya tampung airnya yang berkurang deforestasi juga dapat mendorong timbulnya krisis terhadap iklim yang tentu saja dapat berpengaruh pada curah hujan yang akan semakin ekstrim pada saat terjadinya musim penghujan serta akan terjadinya pemanasan global (Global Warming) yang dampaknya tentu saja akan dirasakan dengan skala nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun