Mohon tunggu...
rezita anggraini
rezita anggraini Mohon Tunggu... -

Fighting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manajement Gaya Tukang Cukur PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

24 Mei 2014   19:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manajement Pendidikan Anak usia dini ini menjadi sangat penting untuk diketahui apabila kita ingin mendirikan lembaga pendidikan PAUD. Manajemen PAUD ini sebenarnya hampir sama dengan manajemen umumnya yang terdapat pada jenjang sekolah lainnya. Hal tersebut bisa dilihat dari kesemaan adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan (POAC) yang biasanya ada pada sebuah manajemen ini juga ada dalam manajemen PAUD.

Managemen atau pengeloaan pada PAUD tidak bisa disamakan dengan managemen pada tempat usaha. Hal tersebut karena yang dikelola pada management PAUD bukan sebuah barang, akan tetapi sumber daya manusia yang akan berorientasi pada peradapan masa yang akan datang.

Kali ini kita akan membahas tentang manajemen gaya tukang cukur yang ada di PAUD. Mungkin bagi kita orang awam yang belum pernah berkecimpung di dunia Pendidikan Anak Usia Dini, nama gaya tersebut terbilang cukup nyeleneh untuk di dengar. Di dalam otak kita tentunya akan terlintas pikiran – pikiran yang sedikit terkesan bingung mengenai apa hubungannya managemen dan nama tukang cukur dalam sebuah pendidikan. Akan tetapi pada realitanya di lapangan, managemen dengan gaya tersebut memang ada dan bahkan banyak dijumpai pada PAUD – PAUD di daerah yang managementnya masih sering terbilang cukup asal – asalan.

Yang dimaksud dengan management gaya tukang cukur di sini yakni, ketika dimana satu orang melakukan semua pekerjaan, mulai dari membuka kios, menyapu, memotong rambut, menutup kios, dan mengelola keuangan sekaligus. Sebenarnya dalam suatu organisasi banyak orang yang “merasa” dirinya mampu dalam segala hal (ngabehi) dan tidak memberikan porsi pekerjaan kepada orang lain. Akibatnya organisasi yang semestinya dapat menjalankan beban pekerjaan yang lebih banyak, justru tidak dapat melakukan pekerjaan karena tersentralisasi di tangan beberapa orang saja, sedang yang lain justru kurang pekerjaan.

Management dengan gaya seperti itu terlihat kurang terorganisir dan terkesan merugikan. Hal itu karena orang – orang yang seharusnya mempunyai bagian pekerjaan menjadi menganggur dan tidak melaukukan apa – apa karena merasa pekerjaan – pekerjaan yang adasudah sudah ada yang mengatasi. Sedangkan orang yang mengambil semua pekerjaan tersebut sering kali akan merasa kewalahan karena pekerjaan yang seharusnya dapat dibagi orang banyak,disanggupi sendiri. Akibatnya tugas – tugas tersebut sering kali menjadi terbengkalai atau tidak teratasi.

Untuk ukuran sebuah manajemen dalam sebuah pendidikan, gaya management yang seperti itu, tergolong masih konvensional. Oleh karena itu kita harus mencari model yang lebih tepat agar Pendidikan Anak Usia Dini bisa berkembang dengan baik. Selain itu juga, mengingat sasaran dari Pendidikan Anak Usia Dini ini adalah calon – calon pembawa perubahan bagi peradaban, maka kita harus memberikan yang terbaik bagi mereka sebagai dasar yang sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun