Mohon tunggu...
Rezika Nurfadia
Rezika Nurfadia Mohon Tunggu... Penulis - Pengarangan

Lahir dari sudut pandang terhadap kehidupan yang romantis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah gaya hidup salah yang di normalisasikan

6 Januari 2025   20:09 Diperbarui: 6 Januari 2025   20:09 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

80% prilaku anak tergantung orang tua nya.Peran penting untuk kita semua yang sudah atau belum menjadi orang tua untuk memberikan dan menyiapkan bekal bagi anak agar menjadi pribadi yang baik secara sikap, prilaku, dan bahasa.Berikan contoh sikap dan prilaku yang benar secara agama dan secara tatanan berwarga negara. Jangan jadi manusia egois yang menuntut anak agar berperilaku baik sedangkan sikap sebagai orang tua masih buruk, contoh kecilnya "menuntut anak agar membanggakan orang tua, sedangkan orang tua nya mabuk-mabukan, judi, minum-minuman keras". Selain dari sikap dan prilaku, bahasa tak kalah penting, selalu gunakan bahasa yang baik dan benar dan stop menormalisasikan kata kata kasar.
contoh kecil nya adalah penggunaan kata "anjir" yang merupakan pelesetan dari kata "anjing". Padahal menurut KBBI anjir mempunyai arti terusan, saluran air, kanal pohon, dalam kamus bahkan kata anjir tidak menunjukan konotasi kasar bahkan negatif, tapi kenapa ini bisa terjadi? Lagi-lagi menjadi PR untuk kita semua meluruskan hal tersebut.
Balik lagi ke pada kalimat "anjir" kata yang sudah menjadi bahasa sehari-hari dan menganggap normal , dan banyak manusia lainya yang sepertinya biasa padahal jika ditarik dalam bahasa kasarnya dia disamakan dengan anjing. Contoh ; "anjir lo cantik" pada saat itu dia merasa bahwa itu pujian, tapi jika di terjemahkan sama seperti "anjing lo cantik". Jadi setelah membaca ini apakah tetap senang ?
Yang paling miris ini terjadi pada anak-anak. Ketika yang dibutuhkan nya pendengaran yang baik dan benar tapi yang terjadi malah sebaliknya. Masa anak-anak yang akan menentukan ke mana arahnya nanti malah di tonton kan orang-orang sedang mabuk, bahkan di beberapa kasus terjadi anak kecil dengan sadar diberikan minuman keras. Menurut WHO, 61,7% penduduk dunia berusia lebih dari 15 tahun pernah minum alkohol dalam satu tahun terakhir. Dan anak-anak memasuki sekolah dasar dan sekolah menengah pertama mereka sudah paham caranya berjudi.
Sebuah fenomena cukup miris, dan sebuah kebodohan yang terlihat nyata.
Satu pertanyaan apakah ini akan berlanjut ?
Jika ini ingin di stop mari lakukan sekarang juga.
~ Stop bilang kasar apalagi kepada anak kecil ajarkan tatacara bahasa yang baik dan benar
~ Stop jadikan bahasa kasar sebagai lelucon dan kata sehari-hari
~ Stop mabuk dan mengajak mabuk kepada siapapun, apalagi anak-anak.
~ Jangan mengajarkan hal-hal yang tidak baik, dengan cara mengajarkan cara bermain online
~ Beri tontonan yang baik. Seperti kerja bakti, dan melakukan kegiatan amal di sekitar
~  Jadilah orang tua yang memberikan contoh positif bagi anak
~ Selalu awasi anak, apalagi dalam pergaulan
~ Tegas ketika anak salah ( jika salah tetap salah dan luruskan, jangan berlindung di balik kasihan )

Semoga cara-cara di atas bisa berguna untuk kehidupan berkelanjutan. Mari menciptakan kehidupan yang lebih baik. Dan mari jadi bagian dalam memutus rantai setan ini.`

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun