Pendahuluan: Ngomongin Parenting, Kok Bawa-Bawa Pavlov?
Kamu mungkin familiar sama nama Ivan Pavlov dari pelajaran biologi atau psikologi. Dia yang terkenal dengan eksperimen anjingnya, bukan cuma sekadar eksperimen biasa, tapi ini adalah salah satu fondasi penting dalam memahami bagaimana manusia (dan anak-anak, terutama) belajar dari lingkungan mereka.
Jadi, gimana caranya eksperimen Pavlov ini relate sama parenting? Nah, kalau kamu pengen bikin anak kamu rutin gosok gigi tanpa perlu drama tiap malam, atau nggak melotot terus ke gadget, this is the blog for you. Yuk, kita kulik gimana prinsip classical conditioning ala Pavlov bisa bantu kamu jadi orang tua (atau calon orang tua) yang kece tapi tetap kritis!
Apa Itu Classical Conditioning?
Oke, sebelum masuk ke praktik, kita rekap sedikit eksperimen Pavlov. Pavlov awalnya cuma pengen tahu soal proses pencernaan anjing. Tapi, dia malah menemukan bahwa anjing bisa "belajar" untuk ngiler cuma karena bunyi bel. Gimana bisa?
1.Stimulus Netral (Bel): Awalnya, bel nggak bikin anjing ngiler. Cuma bunyi biasa.
2.Stimulus Tak Bersyarat (Makanan): Kalau makanan muncul, anjing otomatis ngiler. Udah insting.
3.Kondisioning: Pavlov mulai membunyikan bel setiap kali ngasih makanan. Anjing jadi ngeh, "Oh, bunyi bel = makanan!"
4.Hasilnya: Akhirnya, meski nggak ada makanan, cuma dengar bunyi bel aja, anjing udah ngiler duluan.
Sekarang bayangin, apa yang terjadi sama otak anak-anak kalau kita pakai pendekatan yang mirip? Anak-anak juga belajar dari asosiasi. Mereka bisa "belajar" suka atau nggak suka sesuatu tergantung bagaimana kita memperkenalkan stimulus itu.
Penerapan Classical Conditioning dalam Parenting