Mohon tunggu...
REZAWAHYA
REZAWAHYA Mohon Tunggu... PNS -

Penulis dengan multi-interest Ingin berbagi ilmu dan kebahagian kepada orang lain terutama kaum muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori "Pelayanan Prima" Tidak Berlaku bagi Prostitusi

14 Juli 2016   08:34 Diperbarui: 14 Juli 2016   08:41 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam memberikan jasa pelayanan publik seorang pegawai (provider services) dalam etikanya harus memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelangggan. Ada beragam bentuk pelayanan prima yang paling sering kita lihat di Rumah Sakit Swasta, Bank, bahkan kantor Instansi Pemerintah; pada saat kita  membuka pintu Mas penjaga pintu sudah melemparkan senyum manisnya dan menyapa Slamat Pagi. Itulah contoh dari pelayanan prima dari pegawai Bank.

Saya sangat tertarik dengan teori pelayanan prima ini ketika dihubungkan dengan pelayanan "prostitusi" yang berakhir dengan merengang nyawa si penyedia jasa. Ada angggapan bahwa si PSK tidak mampu memberikan suatu services dalam bentuk verbal yang baik dan sopan kepada pelangggannya. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah PSK pun perlu memahami tentang etiket Pelayanan Prima dan menerapkannya?

Prostitusi yang merupakan jasa pelayanan "haram" menurut pandangan agama, jelas ada sisi negatif di dalamnya. Ketika seorang "pelanggan" atau lelaki hidung belang menggunakan jasa PSK pasti yang diinginkannya adalah memenuhi nafsu birahinya. Pada saat nafsu birahi belum terpuaskan maka apapun akan dilakukan oleh si pelanggan. Dalam urusan hubungan "intim", perasaanpun ikut berperan ketika salah satu pihak tertekan "misal si wanita merasa tidak nyaman dengan pasangan prianya" proses untuk pemuasan itu tidak akan pernah terjadi. Dan bisa kita pastikan pasti ada pihak yang tidak puas, perempuankah atau lelakinya.

Ini sangat berbeda dengan pelayanan di Bank "misalnya", tidak ada orang yang pergi ke bank dalam keadaan mempunyai insting yang tidak sehat "mempunyai nafsu birahi", sehingga lihatlah senyum Mbak "teller" membuat puas pengunjung bank dan ada perasaan nyaman ketika di bank tersebut.

Ditambah  lagi, orang yang menjadi pelanggan prostitusi kemungkinan adalah orang yang tidak sehat mentalnya. Kenapa? Karena orang yang sehat dan berpikir wajar, pasti mengutamakan untuk mempunyai hubungan atau relasi cinta yang sehat. Hubungan sehat tidak akan pernah di dapat lewat Prostitusi yang cintanya karena uang semata, dan kemungkinan menularkan penyakit "HIV AIDS" dari si PSK atau sebaliknya.

Kemungkinan juga si pelangggan PSK adalah orang yang berada di bawah pengaruh obat-obatan ataupun minuman keras. Kalau kita berandai-andai, pembunuh wanita di hotel dan lari dari hotel dengan tidak mengenakan baju (tapi pakai celana ya..). Kemungkinan dia berada di dalam pengaruh minuman keras atau obat-obatan. Jika dia berada dalam pengaruh minuman, maka pelayanan apapun pasti tidak akan memuaskan dia, sampai pengaruh minuman atau obat-obatan tersebut hilang dari dirinya. Sehingga seorang PSK walaupun memberikan pelayanan prima berupa menambah waktu pelayanan ataupun menyemprotkan minyak wangi ke ruangan, masih saja tidak akan ber-efek positif terhadap pelayanannya.

Kita semua harusnya mengambil pelajaran berharga dari beberapa kasus, wanita yang di bunuh di hotel, di tempat kost-nya, dan di dalam kardus. Semua itu adalah pangkalnya dari prostitusi. Bagaimananpun dan apapun bentuknya prostitusi beresiko kriminalitas dari tekanan fisik hingga pembunuhan. Wanita "PSK" dalam posisi sangat lemah, karena mereka biasanya tidak mempersenjatai diri dan juga tidak mempunyai kekuatan fisik melawan pria hidung belang.

Saran saya untuk wanita yang memilih profesi PSK, kejadian akhir-akhir ini menjadi masukan bagi anda. Marilah cari pekerjaan lain yang lebih aman bagi keselamatan jiwa. Pekerjaan yang dilakoni sekarang lebih beresiko bagi anda baik dalam bentuk mendapatkan penyakit menular dari pelanggan anda, hingga adanya kekerasan fisik dari mereka. Walaupun mencari pekerjaan susah, tapi kalau anda ingin berubah dan menciptakan pekerjaan peluangnya sangatlah banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun