Semenjak terkumpul satu juta KTP warga jakarta untuk meendukung Ahok pada minggu lalu, banyak sekali berbagai polemik yang timbul di sekitar Teman Ahok. Ada yang mengucapkan selamat kepada relawan Ahok yang sudah bekerja keras selama dua bulan, dan ada juga yang melakukan confession (pengakuan) di media tentang kecurangan perolehan KTP (baca : kontra relawan Ahok). Bagi kami yang bukan warga Jakarta ini; dan jelas tidak tidak mempengaruhi perolehan pilihan dalam pilkada nanti. Tapi sebagai warga Indonesia yang ikut mengkonsumsi berita di media elektronik dan virtual, maka kami merasa perlu berkontribusi memberikan saran dan masukan untuk para  relawan Ahok yang pada saat ini masih bergerilya untuk mengumpulkan dukungan untuk Ahok.Â
Seperti saya katakan tadi, penulis memposisikan bukan sebagai warga Jakarta (dan memang saya tidak berdomisili di sana). Sehingga saya berandai-andai sebagai Teman Ahok yang berjuang untuk kemenangan pilkada, maka saya akan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mencitrakan bahwa Teman Ahok adalah Orang Santun
Ciri bangsa Indonesia yang santun dan memang ini adalah karakter aslinya kita, seharusnya menjadi pertimbangan di dalam bersikap. Saya berikan contoh reaksi akibat "black campaign" atau menyalahkan prosedur pengumpulan KTP, seharusnya tidaklah tuduhan balik yang bersifat menjatuhkan lawan yang kita layangkan tapi pembuktian secara hukum diperlukan. Lebih detailnya kita inginkan adalah pembuktian secara hukum, jadi kalau kita memang tidak salah maka tuntut saja lawan politik tersebut di pengadilan. Buatlah aduan dengan delik mencemarkan nama baik atau apalah yang cocok untuk itu. Jika tidak terbukti, maka citra relawan atau teman Ahok tidak akan rusak.
2. Aksi Nyata
Setiap upaya penggalangan massa, pasti  kita  perlu aksi atau kegiatan untuk menarik massa tersebut. Saya belum melihat adanya aksi atau kegiatan yang bersifat massif dari relawan maupun teman Ahok. Banyak bentuk kegiatan yang bisa dilakukan, misalnya bagi-bagi takjil ke masjid-masjid di bulan Ramdhan atau pembagian masker untuk pengendara roda dua. Kelihatan kecil aksi tersebut, tapi dampaknya bisa saja besar dan meluas.
3. Kreatif
Setiap upaya kampanye haruslah didukung oleh tim kreatif yang mempunyai creativitas tinggi. Kreatif di sini tidak  hanya bersifat verbal, tapi bisa dengan dokumenter atau bahkan olahraga. Ragam creativitas yang bisa diinisiasi tentunya banyak jenisnya, kalau saja menyebarkan bermacam-macam film lewat channel youtube dan dibuat menarik, pastilah akan menarik kaum muda. Untuk kelompok manula bisa diajak untuk melakukan kegiatan olahraga per kecamatan atau bisa juga per kelurahan, dengan begitu orang-orang di grass root tidak hanya passive menerima berita tentang Ahok saja secara massif tapi juga akan merasakan adanya komunitas itu.
untuk membuktikan hal tersebut, saya akan mencoba meng-illustrasikan seorang remaja yang men-download dokumenter tentang Muhammad Ali. Pemuda Indonesia ini tidak pernah mengenal Ali di zamannya, tapi dia terhipnotis oleh berita, dan mendapatkan film dokumenternya melalui media streaming virtual. Apa perasaan yang timbul setelah menonton film tersebut, ada rasa memiliki Muhammad Ali, dan kalau dicerminkan ke Teman Ahok, Pemuda itu akan menjadi kelompok pendukung, sehingga  walaupun tidak diperintahkan pun dia akan mendukung hingga mencari dukungan untuk kita.
Akhirnya, saya yang bukan warga  Jakarta ini hanya bisa memberikan saran dan  masukan bagi kelompok yang pro dan kontra Ahok. Buatlah suasana pilkada yang kondusif tidak perlu saling jegal dengan cara yang tidak sehat, implikasi tindakan seperti itu bukan hanya diri kita tapi juga orang lain yang tidak kaitan dengan kita yang mereka itu adalah Netizen di rumahnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H