Mohon tunggu...
REZAWAHYA
REZAWAHYA Mohon Tunggu... PNS -

Penulis dengan multi-interest Ingin berbagi ilmu dan kebahagian kepada orang lain terutama kaum muda

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rendahnya Budaya Membaca di Indonesia

26 Juni 2016   09:13 Diperbarui: 26 Juni 2016   09:30 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat menggelitik pikiran saya ketika membaca tentang perkembangan literasi di Indonesia, yang menurut data UNESCO kita termasuk kelompok yang rendah literasinya. Betapa tidak hanya 0,01 persen penduduk yang menyukai membaca. Kalau kita aktualisasikan persentase data tersebut, maka ada 1 orang diantara sepuluh ribu orang  yang mempunyai keinginan untuk membaca di negara kita. Begitu mirisnya hal ini, padahal kita semua sudah mengetahui  manfaat membaca itu sendiri; selain menambah ilmu, membaca dapat jadi media hiburan, dan bahkan sebagai alternatif pengobatan untuk  penyakit pikun.

Kecilnya minat  baca di tengah  masyarakat sudah bisa kita amati di dalam kehidupan sehari-hari. Coba lihat, berapa jumlah pengunjung perpustakaan public yang ada di kota mu, mungkin tak lebih dari 150 hingga 200 orang. Sedangkan jumlah pelajar tingkat menengah saja bisa puluhan ribu yang mendekati ratusan ribu orang. Hal itu sama saja, kemanfaatan membaca itu tidak atau belum dirasakan dan disadari oleh kita semuanya.

Kalau sudah seperti itu, bagaimana upaya kita untuk membangkiitkan semangat membaca di tengah masyarakat kita. Memang perkara yang tidak mudah untuk dilakukan, mengingat lingkungan yang belum mendukung dan infrastruktur yang belum lengkap dan mudah terjangkau (accesibility). Berdasarkan pengalaman saya pribadi berikut akan disampaikan beberapa trik dan tips untuk menumbuhkan minat baca sekaligus melejitkan literasi (membaca dan menulis) kepada generasi muda khususnya anak-anak :

1. Dimulai dari sejak Dini

Budaya membaca di negara maju seperti Australia, Jepang dan Amerika Serikat sudah seperti mereka makan cemilan, sehingga tidak begitu mengherankan kalau kita lihat mereka di atas bis membaca buku novel yang tebal. Lah, kalau di Indonesia akan sangat berbeda, di atas pesawat kita habiskan waktu hanya tidur atau sekadar  mengobrol dengan teman di sebelah.  Sangat  disayangkan, waktu banyak terbuang secara percuma. Budaya membaca ini tidak kita tumbuhkan sejak dini.

Kalau anak sudah diperkenalkan dengan buku ataupun kartu  membaca di usia balita, maka ketika memasuki usia sekolah tidak akan banyak kesulitan untuk diberikan buku bacaan. Anak akan tertarik untuk membaca buku, ketika mereka sudah tahu apa yang mereka dapatkan darinya. Bagi anak yang suka  membaca, majalah  "Bob*" sangatlah menyenangkan sehingga mereka akan rela berjam-jam membaca cerpen ataupun cergam yang ada di majalah tersebut, walaupun habis waktu karenanya. Perlu disadari bahwa membaca tidak hanya buku pengetahuan saja ya, buku fiiksi yang baik (tidak mengandung unsur porno, takhayul, dan criminalitas) bisa juga sebagai pembangkit semangat membaca anak.

Selama ini, kebanyakan orang tua tidak mau anaknya menghabiskan waktunya membaca buku cerita, "nanti mereka tidak mau belajar" itu alasan orang tua. Padahal membaca novel, cerpen dan cergam yang bermanfaat membuka wahana kehidupan yang lain dari kehidupan nyata mereka. Sehingga anak yang biasa membaca novel bisa mengerti tentang kehidupan dan lebih dewasa dalam berfikir dibandingkan teman se-usianya.

2. Siapkan buku sesuai dengan usianya

Pada saat ini jenis buku banyak  pilihan. Yang terpenting, lihatlah kemampuan setiap individu, anak yang usia lima tahun jelas berbeda dengan kakaknya yang berusia sepuluh tahun. Pilihan buku yang tepat adalah suatu keharusan. Perasaan traumatic akibat membaca yang tidak cocok dan membosankan  menurut mereka akan berdampak kepada kesukaan dari membaca itu sendiri. Akhirnya mereka akan menjauhi buku. 

Kita akan menjumpai banyak pilihan buku di "Toko Buku  Grame***",  yang memberikan orang tua beragam jenis buku terbitan dalam  negeri atau  luar negeri yang sudah dialihbahasakan. Buku-buku tersebut sangat  menarik dari sisi gambar dan bahasanya yang ringan. Sekarang tinggal kita orang tua adakah upaya untuk memberiikan buku tersebut kepada anak-anak kita.

3. Ajak Anak-Anak ke  Perpustakaan atau Toko Buku

Mengajak anak ke toko  buku akan memperlihatkan kepada mereka bahwa banyak orang yang menyukai membaca. Sehingga  kalau  kita memberiikan buku  kepada mereka, hal itu sudah lumrah. Logikanya,membaca bisa dipersepsikan seperti makan nasi dan sayuran. Anak yang tidak suka makan nasi dan sayuran karena mereka tidak melihat contoh orang yang beramai-rramai makan sepeti itu. Pergilah ke rumah makan lihat banyak orang makan dan kalau kita ajak makan disana mereka akan makan dengan lahapnya.

Begitu juga dengan anak yang sering kita ajak ke Perpustaakaan, suasana hening dan semua wajah tertunduk kepada buku akan membuat mereka penasaran akan aktivitas tersebut. Memang usia muda lebih banyak bermain, tapi kalau buku di perpustakaan lebih menarik dan dibaca dengan cara mendongeng maka Balita akan langsung duduk dengan manisnya di depan kita untuk ikut mendengarkan buku bacaan, hal itu hanya disediakan secara gratis di perpustakaan.

4. Beri contoh

Sebagaimana sudah dijelaskan diatas, untuk menumbuhkan semangat membaca pada anak harus dimulai dari diri kita. Seandainya ayah dan bunda tidak suka membaca bagaimana kita akan mengajak buah hati kita membaca buku. Sering-seringlah membaca buku bersama dengan anak di ruang keuarga. Anak akan merasa ada support yang sangat kuat dari orang tua mereka. Ayah yang membaca di rumah pasti akan ditiru oleh si kecil, karena seperti  sudah menjadi tradisi keluarga dan mendarah daging.

Sikap membudayakan membaca di keluarga terutama bagi anak-anak di bawah tujuh tahun akan sengat melekat di jiwa mereka hingga dewasa. Kalau anak sudah melihat orang dewasa di rumahnya suka membaca pasti mereka akan  menirunya. Dan sediakan saja buku di rak buku yang mudah dijangkau oleh anak sehingga mereka akan lambat laun terbiasa membaca.

5. Tanamkan melalui Diskusi

Membicarakan  buku di rumah termasuk prosses pembudayaan membaca di rumah. Ragam diskusi, seperti mendiskusikan tokoh di dalam cerita yang baru selesai dibaca, membicarakan novel yang sedang populer,  atau bisa juga bermain peran tokoh buku cerita. Mendiskusikan buku itu tersebut hal curiosity, sehingga nilai positif dari diksusi tentang buku adalah menumbuhkan rasa penasaran anak akan buku bacaan dan utamanya  ilmu pengetahuan.

Sebenarnya masih banyak lagi yang bisa kita tambahkan untuk men-stimulasi budaya membaca di tengah  keluarga. Intinya adalah mulailah kebiasaan ini sedini mungkin, jangan sampai ketika sudah dewasa anak-anak kita tidak senang membaca atau malah membencinya. Semoga hal itu tidak terjadi bagi generasi Indonesia.

Palembang, 26 Juni 2016

Referensi :

Satu  

Dua  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun