Selain itu, kebiasaan bolos dapat membuat siswa lebih rentan terhadap pergaulan bebas dan pengaruh negatif dari lingkungan luar sekolah. Beberapa siswa yang cabut sering menghabiskan waktu di tempat-tempat yang tidak memiliki pengawasan, seperti warnet, pusat perbelanjaan, atau tempat nongkrong lainnya. Hal ini bisa membuat mereka terjerumus dalam kebiasaan buruk, seperti merokok, minum alkohol, bahkan tindakan kriminal ringan.
Kepercayaan diri siswa juga bisa terpengaruh akibat kebiasaan cabut. Siswa yang sering bolos akan merasa minder saat kembali ke sekolah karena mereka tertinggal dalam pelajaran. Akibatnya, mereka bisa kehilangan motivasi untuk belajar dan semakin sulit mengejar ketertinggalan.
Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat berdampak pada masa depan siswa. Siswa yang sering bolos memiliki risiko lebih tinggi untuk putus sekolah dan menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang baik. Kurangnya kedisiplinan dan tanggung jawab yang terbentuk sejak dini bisa menghambat mereka dalam mencapai kesuksesan di masa depan.
Untuk mengatasi fenomena ini, pihak sekolah harus meningkatkan sistem pengawasan terhadap siswa. Pengawasan yang lebih ketat di gerbang sekolah, pemeriksaan kehadiran yang rutin, serta kerja sama dengan orang tua dapat membantu mencegah siswa untuk keluar tanpa izin.
Selain pengawasan, metode pembelajaran juga perlu ditingkatkan agar siswa lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran. Guru bisa menggunakan pendekatan yang lebih interaktif dan menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan dan kehilangan minat belajar.
Orang tua juga memiliki peran penting dalam mencegah kebiasaan cabut. Mereka harus lebih aktif dalam memantau aktivitas anak mereka, membangun komunikasi yang baik, serta memberikan pemahaman mengenai pentingnya pendidikan dan dampak negatif dari bolos sekolah.
Siswa sendiri juga perlu diberikan pemahaman tentang konsekuensi dari kebiasaan cabut. Mereka harus menyadari bahwa tindakan tersebut bukan hanya merugikan diri sendiri secara akademik, tetapi juga berdampak pada karakter dan masa depan mereka.
Selain itu, lingkungan sekolah harus dibuat lebih nyaman dan ramah bagi siswa. Pihak sekolah perlu menciptakan suasana belajar yang kondusif, mencegah bullying, serta memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan akademik atau masalah pribadi.
Program bimbingan dan konseling juga bisa menjadi solusi untuk menangani siswa yang sering bolos. Dengan adanya konseling, siswa dapat memperoleh bimbingan yang lebih baik mengenai cara menghadapi tekanan akademik dan sosial, sehingga mereka tidak merasa perlu untuk melarikan diri dari sekolah.
Jika semua pihak bekerja sama sekolah, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri fenomena cabut di kalangan siswa laki-laki dapat diminimalkan. Dengan demikian, siswa dapat lebih fokus pada pendidikan, mengembangkan karakter yang lebih baik, serta mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih cerah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI