Stunting menjadi PR tersendiri untuk pemerintah Indonesia. Dilansir dari hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan 2021 angka prevalensi stunting berada di angka 24,4 persen. Artinya, hampir 1 dari 4 balita mengalami stunting.
Kabupaten Nganjuk masuk dalam 10 kabupaten dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Jawa Timur. Hal ini menjadi perhatian khusus mahasiswa KKN Tematik Universitas Negeri Surabaya, khususnya di Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo.
Angka stunting di Desa Ngepung masih tergolong tinggi di Kabupaten Nganjuk. Fenomena tingginya angka stunting memotivasi mahasiswa KKNT UNESA untuk melakukan observasi sebab dari tingginya angka stunting di Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo. Observasi dilakukan dari berbagai aspek, salah satunya dengan pendampingan surveilans stunting dan tumbuh kembang yaitu dengan mengikuti posyandu balita secara rutin setiap bulannya.
Hasil dari observasi ditemukan beberapa kader posyandu masih kurang tepat dalam melakukan pengukuran antropometri dan pengisian KMS. Kesalahan pengukuran antropometri dan pengisian KMS dapat menjadikan kesalahpahaman dalam mengklaim seorang balita mengalami stunting atau tidak. Bisa jadi seorang balita yang seharusnya tidak masuk dalam kategori stunting, akibat dari kesalahan pengukuran antropometri dan pengisian KMS pada saat posyandu balita tersebut dikategorikan sebagai balita stunting.
Melihat hal tersebut mahasiswa KKNT Kemanusiaan Gizi Nganjuk 3 Universitas Negeri Surabaya melakukan penyuluhan pengukuran antropometri dan pengisian KMS. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2022 di Balai Desa Ngepung yang diikuti oleh 26 ibu kader posyandu Desa Ngepung.
Kegiatan dilakukan dengan metode diskusi dan demonstrasi dengan media yang digunakan yaitu Power Point dan Hand Out. Dalam kegiatan ini mahasiswa KKNT Gizi Nganjuk 3 mengundang salah satu dosen gizi Universitas Negeri Surabaya yaitu Ibu Cleonara Yanuar Dini, S.Gz., M.Sc. RD sebagai pembicara. Dalam kegiatan ini dilakukan demonstrasi dengan melakukan praktik langsung cara melakukan pengukuran antropometri yang baik dan benar. Alat antropometri yang digunakan antara lain length board, mikrotoa, timbangan digital, baby scale, dacin, pita lila, pita lingkar kepala, dan lingkar perut. Sehingga ibu kader lebih mudah memahami dan dapat melakukan pengukuran dengan benar. "Metode ini cukup efektif dilakukan agar lebih mudah diingat dan dipraktikan ulang oleh ibu kader saat pelaksanaan posyandu" ungkap Kristina, Ketua KKNT Gizi Nganjuk 3.
Hasil dari kegiatan tersebut yaitu meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ibu kader posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri dan pengisian KMS. Hal ini dibuktikan dengan nilai posttest yang lebih tinggi daripada nilai pretest oleh peserta penyuluhan. Harapannya setelah dilaksanakan kegiatan ini dapat mengurangi prevalensi stunting di Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H