Film ini merupakan salah satu film Bollywood yang bertemakan drama dan olahraga, diangkat dari kisah nyata Mahavir Singh Phogat yang diperankan oleh Aamir Khan. Mahavir sendiri adalah seorang mantan atlet gulat nasional India yang berambisi untuk memenangkan medali emas untuk negaranya.Â
Namun, karena ia tidak bisa mewujudkan hal ini, ia ingin anaknya untuk melanjutkannya. Awalnya ia sangat ingin anak lelaki, tetapi karna semua anaknya perempuan dan ia hampir putus asa.Â
Hingga akhirnya suatu saat anak perempuannya itu membuat anak laki-laki babak belur. Dari sana ia akhirnya memutuskan membuat kedua anak perempuannya tersebut untuk menjadi pegulat.
Tenang saja, dalam film ini tidak ada adegan menyanyi sambil menari di bawah pohon seperti film India pada umumnya. "Dangal" sendiri dalam bahasa Indonesia artinya adalah gulat, ya dalam film ini kita akan diperkenalkan dengan olahraga kebanggaan India tersebut.Â
Kita akan diperlihatkan dengan transformasi tubuh Aamir Khan, dari tubuh sang pegulat profesional menjadi seorang bapak tua dengan perut buncit.
Film ini rasanya sangat dekat dengan kehidupan kita di Indonesia karena India juga merupakan negara di wilayah timur yang masih kental dengan anggapan bahwa anak perempuan harusnya bekerja di dapur, tidak boleh berkelahi, dan juga hal-hal tabu lainnya.Â
Di sini terlihat dilema yang harus dihadapi oleh seorang ibu ketika harus melupakan bahwa ia memiliki anak perempuan dan harus melihat mereka dilatih dengan keras oleh sang ayah, belum lagi harus mendengar omongan dari orang kampungnya terhadap mereka. Hal ini juga tidak mudah bagi Mahavir yang harus menjadi pelatih sekaligus menjadi ayah dari kedua putrinya tersebut.Â
Sebab Mahavir disini melatih anaknya dengan ketat, membangunkan mereka dari subuh untuk berlari, minum dan makan bergizi bahkan ia melanggar pantangan agama untuk hal itu. Belum lagi kedua putrinya itu harus menahan ejekan teman sekolahnya, karna mereka berdua harus memotong habis rambutnya.Â
Hal ini tentunya tidak lepas dari omongan para tetangga sebab mereka sudah serupa dengan bocah lelaki, dengan rambut botak, memakai celana dan kaus, dan bergulat dengan anak laki-laki.
Kedua putrinya yakni, Geeta dan Babita pada awalnya memberontak dan mengusahakan berbagai cara agar ayahnya menghentikan niatnya untuk membuat mereka menjadi pegulat. Namun, pada akhirnya mereka juga jatuh hati dengan gulat dan mulai berlatih dengan serius.Â
Mereka berdua ikut serta dalam berbagai pertandingan gulat antar desa melawan anak laki-laki dan membuat nama mereka semakin kondang. Ini baru permulaan dari perjalanan mereka menuju medali emas untuk India, yang selanjutnya melalui banyak cobaan, salah satunya adalah kurangnya perhatian pemerintah pada atlet gulat, terutama pada atlet gulat perempuan.