Tempo secara rutin tiap tahunnya bikin yang namanya Buku Pilihan Tempo untuk mengapresiasi dunia sastra tanah air. Dibagi dalam dua kategori yaitu puisi dan prosa, keabsahan klaim Tempo sudah diterima secara luas bahwa buku-buku itu memang bonafide. Untuk tahun 2020 ada nama Ben Sohib masuk dalam shortlist tahun itu.
Melaui antologi cerpennya Kisah-Kisah Perdagangan Paling Gemilang, Ben Sohib yang tak lain seorang Alawiyin* memotret berbagai kisah. Isinya tak lain kumpulan banyak kisah dari orang-orang sederhana di sekelingnya yang ternyata mampu diputar balikkan jadi menarik oleh Ben Sohib.
Bagaimana dia mempernis kisah seorang anak bungsu yang memohon iba emaknya menjual rumah demi membiayai pernikahannya dengan sang cinta pertama. Premisnya sederhana dan sepertinya jika hanya dilihat orang awam itu tak lain hal biasa saja. Dibingkai lah prahara itu dalam Para Penjual Rumah Ustazah Nung menjadi kisah menarik yang membuai pembaca.
Nah terkadang kisah-kisah gemilang itu juga muncul di dunia sepak bola yang paling dekat dengan muamalah*, transfer pemain. Klub pun berubah jadi badan usaha yang secara aktif memblejeti nama-nama yang bakal dirasa memberi impact pada klubnya. Tapi tak hanya klub saja yang aktif, para pemain pun ikutan pamer skilnya demi mendapat klub dan kontrak yang lebih baik.
Kisah merapatnya Michael Owen merapat di Old Trafford bisa dibilang salah-satu yang gemilang. bagaimana tidak, seorang Owen yang darahnya kental sebagai scousers dan bahkan menang Ballon d'Or bersama Merseyside Merah. Tapi karirnya bisa dibilang ambruk sebab cedera selepas hengkangnya dari Anfield.
Statusnya pun bebas transfer setelah dilepas oleh Newcastle United di akhir musim 2008/2009. Secara aktif  Owen membangun narasi bahwa dirinya masih layak bermain di level tertinggi Liga Inggris melalui brosur bikinannya sendiri setebal 32 halaman. Tapi bahkan dengan effort maksimalnya itu Sam Allardyce yang sedang menukangi Blackburn pun tak tertarik.
Malah tawaran pun datang dari Sir Alex dan dengan tega memberinya nomor keramat peninggalan Eric Cantona, 7. Sebenarnya statistik pemain yang hanya dibayar ketika main ini tak istimewa juga, tapi jelas mengangkat trofi liga yang selama di Liverpool gagal ia wujudkan. Bagi saya pribadi ini adalah salah-satu shithousery Sir Alex pada Liverpool kala itu dan gemilangnya berhasil.
Berbeda dengan Owen yang memakai cara bagi-bagi brosur, Barkley Miguel Panzo memakai cara yang penuh intrik. Tak semua klub seperti Manchester City yang memiliki jaringan pemandu bakat yang luas di penjuru kaki langit. Ada pula seperti di Indonesia yang mengandalkan tawaran agen dan meonton permainannya di YouTube ketika akan mengontrak pemain asing.
Cara yang dipakai Panzo begitu gemilang untuk mendapatkan kontraknya dengan klub FK Panevys dari A Lyga Lithuania pada 2018. Panzo memanfaatkan salah-satu hadiah terbaik dari zaman internet, Wikipedia. Memang meskipun banyak dimanfaatkan untuk mencari refrensi, Wikipedia sebagai open-source dapat digubah secara bebas oleh usernya.
Disanalah Panzo merekayasa perjalanan karirnya, bersolek untuk menunjukkan bahwa dirinya pernah membela QPR dan Orleans. Klaim dirinya menyatakan dua musim membela QPR dengan lesakan 26 gol dari 34 kali main dan bersama Orleans mencatat 21 bertanding dan 6 kali cetak gol