“Saya tidak malaikat Jibril, bahkan malaikat Izrail turun, saya tidak mau”. Betapa dua kiai paling top kala itu sampai berani pada malaikat demi menghindari jabatan saking merasa tak pantasnya.
Akhirnya Kiai Ali lah yang ketiban amanahnya. Meskipun bermukim paling dekat dengan lokasi munas, malah Kiai Ali kala itu belum hadir di lokasi. Beliau masih di Krapyak dan segera saja forum menjatuhkan keputusan bahwa Kiai Ali yang pantas menggantikan Kiai Bisri in absentia
Gus Mus muda kala itu yang tak lain pernah nyantri Krapyak yang ditugasi para sesepuh mengirimkan maklumat. Tak ada selain kemarahan sang guru yang menyambut Gus Mus di Krapyak, sebab Kiai Ali sebelumnya sudah berkampanye bahwa dirinya tak bersedia dicalonkan sebagai Rais ‘Am, mungkin menjauhi arena munas juga ikhtiar beliau menghindari kemungkinan dirayu.
Akhirnya Gus Mus disuruh kembali ke arena munas menyampaikan ketidakmauan dirinya menjadi Rais ‘Am. Kemudian agar meluluhkan hati Kiai Ali, seluruh ulama yang di munas menuju Krapyak bertujuan sowan sekaligus merayu agar Kiai Ali mau menjabat. Wa bil akhirihi disertai isak tangis Kiai Ali akhirnya mau menerima amanah. Mungkin permasalahan akan makin pelik jikalau Kiai Ali mengeluarkan kelakar malaikat lainnya. Atau ketika ada malaikat yang benar-benar turun demi membujuk Kiai As’ad atau Kiai Mahrus. Bisa-bisa malah mereka berdebat dengan para malaikat.
Dalam ceramah singkatnya untuk mengenang Kiai Ali ketika acara haul beliau kemarin, Gus Mus berkelakar kejadian itu jika dibandingkan sekarang sudah seperti dongeng. Memang dimana lagi ada orang sampai tak takut dengan Jibril dan Izrail demi menolak jabatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H