Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola

Saga Kepindahan Klok adalah Cerminan Mulai Naiknya Player Power di Indonesia

6 Juli 2021   16:17 Diperbarui: 6 Juli 2021   17:23 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan perdana Klok bersama Persib. (PERSIB.co.id/Barly Isham)

Pada tahun 1993 seorang pemain menggugat klubnya sendiri, federasi sepak bola negaranya, sekaligus UEFA ke pengadilan Uni Eropa di Luxemburg. Perlu waktu hingga 1995 pengadilan baru mengetok palu pada perkara ini. Meskipun dampak putusan ini tak berpengaruh nyata pada dirinya sendiri, mulai sejak itulah babak baru pemenuhan hak pesepak bola dimulai. Pemain bisa pindah secara gratis di akhir kontraknya. Revolusi sepak bola dimulai dan pemain mulai membangun powernya sendiri terhadap klub dan akhirnya bermuara pada perbaikan kesejahteraan pemain. 

Beberapa waktu belakangan ada riuh di beberapa sudur penikmat sepak bola atas pindah seorang pemain. Dia adalah Marc Klok yang memutuskan mengakhiri sisa kontraknya dengan Persija dan menyeberang ke seteru sengit mereka di Bandung. Banyak pendukung Persija yang menyayangkan langkah Klok mengakhiri kerja samanya dengan Persija dan malah berlabuh di Persib. Apalagi sebelumnya Klok menyabet gelar pemain terbaik di Piala Menpora 2021. Klok yang sebelumnya mengisiasi hastag #EwaKlok di PSM dan #JaKlok di lini media sosialnya, kali ini menggunakan #MaungKlok di Persib yang kemudian diplesetkan menjadi #MoneyKlok oleh sebagian orang. Membuat saya ingat ketika Ashley Cole menjadi Cashley Cole. 

Klok bukan pemain kemarin sore yang baru belajar profesionalitas, dia sudah malang melintang di berbagai klub dan negara. Klok juga buka tipe pemain yang canggung dalam menggunakan media sosial maupun ketika berbicara ke media massa, dia sangat nyaman dalam kedua hal itu. Dengan nyaman pula ia menanggapi tuduhan-tuduhan mata duitan yang banyak ditujukan padanya, malah dalam kesempatan ini Klok menyadarkan kita bahwa bagaimana pun tak hanya pemain yang profesional, klub pun juga. 

Dalam sekali waktu Klok mampu mengangkat dua isu penting bagi persepakbolaan, yaitu profesionalitas dan pemenuhan hak. Klok secara gamblang dalam video di kanal Asumsi mengutarakan berkali-kali gagalnya klub memenuhi haknya sebagai pemain sebagai lasan utama dirinya hengkang. Pada tahapan selanjutnya ia menenkankan pentingnya memilih yang terbaik bagi diri sendiri sebab tak selamanya pemain punya pilihan mau bergabung ke klub mana. Setelah menimbang banyak aspek dari delapan klub, dia memilih Persib. 

Tren bangkitnya player power di jagad sepak bola ini jelas bisa menjadi hal positif bagi perkembangan sepak bola di Indonesia. Sudah lelah bagi kita penikmat sepak bola mendengar kabar pemain harus menyambi bermain di kompetisi tarkam demi menjaga kepulan asap dapurnya akibat gajinya yang ditunggak. Pemain hanya bisa gigit jari dan malah dihadapkan pada terancamnya karir dirinya di masa depan sebab kapan saja bisa dicoret oleh manajemen. 

Sebelum Klok tentu saja ada nama Bambang Pamungkas yang juga sama nyamannya dalam bermedia. Dihadapkan oleh kondisi mirip, yaitu gagalnya klub memenuhi haknya, Bepe memutuskan hijrah. Bepe mengakui selama tak dipenuhi haknya, dia masih dapat hidup dari uang sponsor. Tapi Bepe juga sadar mayoritas pemain tak seberuntung dirinya dan langkahnya jelas ia lakukan bukan sebab 'mata duitan'. 

Sebagai fans mungkin kita kelewat cinta pada klub kita masing-masing beserta para pemainnya. Sampai-sampai kita sering lupa kalau mereka juga tak ubahnya karyawan sama halnya seperti kebanyakan orang. Dia bekerja demi dipenuhi hak-haknya dan itulah inti utama profesionalitas, dibayar atas apa yang ia kerjakan. Kita juga kadang lupa dia juga manusia biasa yang punya kebebasan menentukan pilihannya sendiri. Boleh saja kita marah atau kecewa seperti ketika Luis Figo pindah dari Barcelona ke Real Madrid, meluapkan ekspresi juga hak tiap orang. 

Saga kepindahan Marc Klok sekaligus menyadarkan kita kembali apa makna profesionalitas. Bisa saja dibalik buruknya performa seorang pemain di lapangan disebabkan tak tenang pikiran yang sudah keburu disibukkan perkara haknya yang tak kunjung dipenuhi klub. Kemudian Klok melecut pemain untuk benar-benar memanfaatkan apabila datang banyak pilihan yang mungkin di lain waktu ia tak akan dihadapkan pilihan lagi. Marilah kita juga tak ramai-ramai menghujat pemain yang memilih bermain di Liga 2 padahal masih mampu bermain di kasta teratas. Bisa saya ya kan dia tak punya pilihan atau mungkin tawaran dari situ yang paling menggiurkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun