Mohon tunggu...
Reza Febrian Fajar R.
Reza Febrian Fajar R. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mendorong Inklusi Keuangan untuk Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan di Indonesia

3 November 2024   09:55 Diperbarui: 3 November 2024   16:16 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Inklusi keuangan telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah dan berbagai lembaga keuangan, seperti perbankan dan lembaga non-bank, berlomba-lomba untuk memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi yang masih menjadi masalah besar. Namun, seiring dengan upaya mempercepat inklusi keuangan, tantangan yang cukup signifikan, terutama terkait stabilitas keuangan, juga perlu mendapatkan perhatian. Melalui opini ini, saya ingin mengulas lebih jauh mengenai pentingnya inklusi keuangan dalam pembangunan ekonomi Indonesia serta risiko yang perlu diantisipasi agar dampak positifnya dapat dirasakan secara optimal oleh seluruh lapisan masyarakat.

Salah satu manfaat utama inklusi keuangan adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan keuangan formal, seperti tabungan, kredit, dan asuransi. Di Indonesia, masyarakat yang sebelumnya tidak terlayani oleh layanan perbankan formal atau disebut sebagai "Unbanked" masih cukup banyak. Dengan adanya inklusi keuangan, kelompok ini mendapatkan peluang untuk lebih terlibat dalam aktivitas ekonomi produktif, yang pada akhirnya dapat membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Akses terhadap kredit, misalnya, memungkinkan masyarakat, terutama pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), untuk memperluas usaha mereka. Hal ini berpotensi menciptakan lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mengurangi ketimpangan ekonomi.

Pemerintah Indonesia sangat serius dalam memperluas inklusi keuangan, terutama dengan adanya inisiatif untuk memperluas akses keuangan digital. Dengan transformasi digital di sektor keuangan, masyarakat kini bisa memanfaatkan berbagai layanan keuangan tanpa harus mengunjungi kantor bank secara fisik. Layanan branchless banking dan pembayaran digital melalui uang elektronik adalah beberapa contoh inovasi yang mempermudah masyarakat untuk mengakses layanan keuangan. Inklusi keuangan digital ini juga berperan penting dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat, yang pada akhirnya memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

Namun, perlu diingat bahwa inklusi keuangan bukan hanya sekadar memperluas akses. Ada tantangan untuk memastikan bahwa masyarakat menggunakan layanan keuangan ini secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Misalnya, akses kredit yang lebih luas perlu diiringi dengan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan hutang agar tidak terjadi peningkatan rasio kredit macet atau Non-Performing Loans (NPL). Jika kredit diberikan secara sembarangan tanpa memperhatikan kemampuan membayar kembali, maka risiko kredit macet akan meningkat, yang justru bisa mengancam stabilitas keuangan. Dengan kata lain, inklusi keuangan yang tidak diimbangi dengan manajemen risiko yang baik dapat membawa risiko jangka panjang bagi sistem keuangan Indonesia.

Pemerintah dan bank sentral perlu memperhatikan kualitas layanan keuangan yang diberikan. Inklusi keuangan tidak akan optimal jika layanan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Produk keuangan yang tepat guna dan terjangkau, serta didukung oleh infrastruktur yang memadai, adalah kunci utama untuk memastikan inklusi keuangan yang efektif. Misalnya, layanan keuangan mikro yang berbiaya rendah sangat penting bagi pelaku UMKM. Pemerintah perlu mendorong bank dan lembaga keuangan untuk mengembangkan produk-produk keuangan yang lebih inklusif dan sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia.

Di sisi lain, peningkatan inklusi keuangan juga memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional. Semakin banyaknya masyarakat yang terlibat dalam sistem keuangan formal membantu meningkatkan basis simpanan dalam perbankan. Ini tidak hanya meningkatkan likuiditas bank, tetapi juga mengurangi ketergantungan bank pada sumber pembiayaan jangka pendek yang lebih rentan terhadap volatilitas pasar. Stabilitas likuiditas bank yang lebih baik juga berarti perbankan dapat lebih siap menghadapi guncangan ekonomi dan mampu menyalurkan kredit yang stabil untuk sektor produktif seperti UMKM. Dengan demikian, inklusi keuangan tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat ketahanan sistem keuangan nasional.

Keterlibatan yang lebih luas dalam sistem keuangan formal juga memperkuat efektivitas kebijakan moneter. Ketika semakin banyak masyarakat yang memiliki akses terhadap tabungan dan kredit formal, kebijakan moneter seperti suku bunga dapat diterapkan secara lebih efektif dan merata. Dampaknya, kebijakan tersebut akan lebih optimal dalam menjaga kestabilan harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, inklusi keuangan bukan hanya alat untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi juga instrumen dalam menjaga stabilitas ekonomi makro.

Namun, di tengah manfaat yang besar, perlu diperhatikan bahwa ekspansi inklusi keuangan yang terlalu cepat tanpa pengelolaan risiko yang baik bisa menimbulkan ancaman bagi stabilitas keuangan. Beberapa negara telah mengalami dampak negatif ketika akses kredit diperluas tanpa pengawasan yang ketat, seperti peningkatan rasio kredit macet yang berdampak buruk pada stabilitas perbankan. Oleh karena itu, pemerintah dan otoritas keuangan harus memastikan adanya regulasi yang memadai serta penerapan manajemen risiko yang ketat dalam setiap program inklusi keuangan. Pengawasan terhadap kualitas kredit dan standar pengelolaan risiko harus ditingkatkan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah yang dapat mengganggu kestabilan sistem keuangan.

Dalam menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh inklusi keuangan, Indonesia harus mengambil langkah yang bijak dan terukur. Peningkatan akses ke layanan keuangan formal dapat membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tetapi hal ini harus diimbangi dengan pendidikan keuangan dan pengelolaan risiko yang baik. Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat, inklusi keuangan dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan mengurangi ketimpangan sosial. Ini bukan hanya tentang memperluas akses, tetapi juga memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat memanfaatkan layanan keuangan dengan cara yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun