Depresi merupakan salah satu jenis gangguan jiwa, yang biasa dipicu oleh adanya stressor atau penyebab stress psikososial. Bahkan untuk saat ini, depresi menjadi masalah kesehatan yang biasa terjadi dalam masyarakat.
Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi kejadian depresi di Indonesia mencapai angka 5,3%. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya peningkatan angka kejadian depresi yang sangat signifikan disetiap tahunnya. Â Â
Yang mana pada tahun 2013 data Riskesdas untuk kejadian depresi hanya berkisar pada angka 1,7%, dan meningkat menjadi 7% pada tahun 2018. Hal ini membuktikan bahwa kemungkinan kejadian depresi pada masyarakat dapat meningkat terus menerus setiap tahunnya.
"Pada kondisi gizi berlebih yang terjadi pada remaja dapat menyebabkan produktivitas menurun. Misalnya, muncul rasa mager, atau malas bergerak,"
Di masyarakat depresi ada beragam penyebab utamanya, yang paling umum yaitu disebabkan oleh stress psikososial.
Gangguan stress psikososial sendiri pun ada beragam penyebabnya, antara lain adalah Pendidikan, tingkat ekonomi, kedewasaan, kondisi fisik, karakter seseorang, sosioculture, lingkungan, serta keadaan sekitar individu yang mengalami depresi.
Dampak terjadinya stress psikososial pun berbeda tiap inividu kendati masalah yang dihadapi cukup besar, hal ini dapat tergantung pada keadaan lingkungan sekitar individu yang dapat atau tidak memberi support yang positif dalam mengontrol timbulnya perilaku menyimpang karena stress.
Beberapa individu yang depresi, dapat memiliki kecenderungan penyimpangan pada pola makan. Kecenderungan yang menyimpang ini dapat berupa adanya peralihan napsu makan, yang semula napsu makannya tinggi menjadi hilang napsu makannya atau bahkan sebaliknya.
Hal ini dapat memicu adanya perubahan berat badan menjadi lebih gemuk atau lebih kurus. Sehingga beberapa individu yang mengalami depresi, sulit untuk mencapai berat badan yang ideal.
Depresi dapat terjadi disetiap rentang usia, mulai dari bayi sampai lanjut usia. Pada bayi ketika mengalami depresi biasanya ditandai dengan terjadinya diare pada bayi tersebut. Hal ini pun dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan pertumbuhan pada bayi dan kelainan pada kesehatannya.Â
Bahkan menurut jurnal yang dipublikasikan oleh Baruna Kulik pada tahun 2015, kejadian depresi pada anak dapat menyebabkan eskalasi masalah kesehatan pada anak, dan menyumbang setidaknya 1/3 dari angka kematian pada anak dinegara berkembang.