Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sumpah Pemuda Masa Kini Hanya Mimpi?

28 Oktober 2017   16:37 Diperbarui: 28 Oktober 2017   16:58 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah hingar bingar sentimen SARA yang semakin menguat paska gelaran pilkada jakarta tak disangka kompasiana mengangkat tema soal sumpah pemuda masa kini senada dengan kompas yang mengambil tema yang sama dalam koran dan televisinya. 

Saya bingung karena realita dunia maya masih penuh dengan propaganda suatu entitas negara yang berbasis agama dengan indikator banyaknya bertebaran kutipan dalam grup sosmed berupa potongan ayat-ayat suci dan perbincangan agama yang terkesan monolog bukan dialog melupakan perkembangan jaman yang perlu tafsir ulang atas teks agama.

 Selain itu, hal ini diperparah dengan semakin banyaknya hasutan dan propaganda politisi daerah yang ingin bercerai dengan NKRI dengan lobi-lobi pada negara tetangga sampai pada PBB karena faktor kesamaan suku bangsa dan merasa terjajah oleh pulau jawa.

Cinta Tanah Air?

Dalam bidang tanah air berupa wilayah real dari sabang sampai marauke ternyata masih belum membuat aman dan nyaman. Jurang perbedaan pemikiran anatara  yang muda dan generasi terdahulu itulah yang perlu dipikirkan. Godaan naturalisasi ke negara asing dengan berbagai kemudahan yang ada beserta dukungan pasal PBB bahwa pindah negara adalah hak asasi manusia dan kebutuhan negara maju seperti jerman dan jepang akan tenaga muda yang lebih banyak menyebabkan banyak migrasi keluar. 

Ambilah contoh negara-negara lain yang dirundung konflik seperti Syria dan Rohingya daripada repot-repot mempertahankan tanah air sampai mati lebih banyak yang memilih mencari suaka ke luar negeri. Kekecewaan pemuda Indonesia ibarat bara dalam sekam seperti yang terlihat baru-baru ini dimana ada rekaman salah satu punggawa band terkenal yang naik pesawat ke sulawesi dimana sebagian besar penumpang diduga wna asal cina yang akan bekerja disana. 

Selain itu banyak rekaman buruh migran diluar negeri yang terkesan pamer kemapanan dalam video yang banyak viral menjadi godaan tersendiri untuk migrasi ke luar Indonesia. Terakhir kasus huru hara dalam negeri ataupun kasus kriminal menyebabkan beberapa minoritas lari keluar dan bahkan ada pemimpin besar HRS yang masih buron sampai sekarang. Adanya oversupply tenaga muda Indonesia dan demand atau permintaan tenaga kerja dari negara luar membuat resiko perpindahan tanah air menjadi besar.

Cinta Bangsa?

Dalam bidang  kebangsaan  berupa manusia dari sabang sampai marauke yang tercatat sebagai bangsa ternyata belum sempurna juga. Adanya kesenjangan sosial ekonomi yang besar antara pusat yang direpresentasikan oleh pulau jawa dan luar jawa selalu menjadi polemik. Pembaca tentu masih ingat keberhasilan tokoh papua merdeka yang menggalang dukungan dari negara-negara pasifik atas dasar kesamaan ras sebagai bangsa melanesia. 

Tokoh ini membawa hasil survey ke PBB yang menyatakan bahwa sebagian besar rakyat Papua dalam hal ini maksudnya orang asli papua atau ras melanesia ingin merdeka. Hal ini masih ganjal sebab Indonesia sebagai lembaga resmi belum mengadakan survey terkait opini mereka sementara lembaga swasta atau independen pun belum melakukan sebab terganjal perijinan sehingga data yang dibawa tokoh papua ke PBB masih dianggap belum  valid karena masih dari satu versi saja. 

Soal lain adalah polemik negara  bangsa yang diramaikan oleh HTI dengan gugatan perpu ormasnya. Di Indonesia masih berkembang wacana khilafah islamiyah dari maroko sampai marauke untuk kemudian menyasar seluruh dunia dengan payung negara teokrasi berbasis negara islam. Menurut Ayzumardi Azra seorang akademisi dan kader muhammadiyah dengan konsentrasi sejarah islam mengutip penelitian UIN Syarif Hidayatullah bahwa kebanyakan guru agama islam di sekolah-sekolah negeri kota-kota besar terpapar paham radikal. Selain itu data ini bisa diperkuat dengan eksistensi HTI disetiap kampus dengan data websitenya sendiri bahwa mereka punya cabang di kampus-kampus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun