Sebelum kita memutuskan sesuatu tentunya orang-orang yang rasional mencoba mencari referensi pada hal-hal yang ilmiah yang kebanyakan bersumber di kampus. Tenang saya tidak menyarankan untuk membca jurnal ilmiah yang bahasanya rumit namun saya mencoba memanfaatkan sisi lain kampus yang dapat dimanfaatkan masyarakat secara gratis melalui proyek dosen dan mahasiswanya. Kita bisa mencari win-win solution dari dosen yang butuh jam terbang penelitian dan mahasiswa yang butuh jam terbang praktik lapangan. Dalam hal ini kita bisa manfaatkan kampus jurusan atau fakultas terkait mental seperti psikologi.
Jika belum akrab dengan dunia kampus maka saya akan jelaskan secara singkat. Dalam kampus terdapat lembaga yang mengurus proyek pelayanan publik atau unit kegiatan mahasiswa yang khusus memberikan layanan masyarakat. Mereka seperti jasa lembaga bantuan kesehatan mental para pelajar atau mahasiswa terkait psikologi atau psikiatri yang memberikan layanan gratis atau pro bono bahasa hukumnya sebagai imbal balik pengalaman mereka atau kasarnya kita ajdi kelinci percobaan.Â
Jangan takut sebab mereka sudah ada dosen pembimbing atau guru bidang studi yang bertanggung jawab untuk melakukan supervisi atau pengawasan. Sebagai motivasi mungkin saya akan memberikan gambaran bahwa psikologi merupakan bidang studi tempat pemuda ganteng dan pemudi cantik sehingga akan lebih mudah membuat nyaman daripada para profesional yang cenderung sudah berumur namun lebih pengalaman. Selain itu, konsultasi atau pengobatan kesehatan mental ke kampus akan aman dari gunjingan masyarakat Indonesia yang masih ada stigma negatif kepada pengobatan mental di klinik atau rumah sakit.
Ruang Publik Seperti Taman Kota
Ruang publik yang mewadahi pertemuan langsung atau nyata antar manusia dan mengembalikan hubungan sosial bisa dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tentang kesehatan mental. Tentu saja bukan sembarangan ruang publik namun mengutip analisa ahli psikologi sosial Wageninger University and Research Karin Peters, adalah yang bersifat inklusif alias bisa dimasuki orang-orang dari berbagai latar belakang etnis maupun sosial-ekonomi seperti lapangan kota atau taman kota atau alun-alun.Â
Kalau orang Indonesia mungkin lebih akrab dengan istilah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Caranya tentu saja bukan dengan satang ke sana lalu sibuk sendirian namun beraktivitas bersama seperti olahraga ataupun diskusi dengan orang lain bahas hal-hal sederhana seperti cuaca sehingga orang-orang merasa disambut, terhubung (connected) dengan warga rumah, dan sekaligus merasa seperti di rumah (feel at home) lalu tercipta kenyamanan dan beberapa manfaat lainya.Â
Catatan penting sebaiknya hindari interaksi atau kegiatan yang bisa menimbulkan konflik seperti pencurian ataupun perdebatan tentang hal-hal sensitif seperti SARA karena hanya akan memperparah sakit mental.
Hewan Peliharaan
Banyak riset atau penelitian telah membuktikan bahwa hubungan manusia-hewan membawa aneka dampak positif, mulai dari kesehatan mental individu sampai kemampuan bersosialisasinya. Pemilik hewan peliharaan pun bisa mengecap ganjaran positif serta memiliki suatu tujuan yang memotivasi mereka menjalani hari. Kalau tak percaya silahkan amati orang-orang yang punya hewan peliharaan seperti kalangan artis yang jam terbangnya tinggi atau orang sekitar kita.Â
Hewan peliharaan juga memudahkan manusia terkoneksi dengan orang lain yang memiliki hobi serupa sehingga akan timbul interaksi yang positif jauh dari konflik. Selain itu hewan juga bermanfaat untuk kesehatan fisik seperti Olahraga rutin setiap hari dapat dimungkinkan ketika mengajak jalan peliharaan.
Media Sosial