Mohon tunggu...
Reza Malasy
Reza Malasy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

S1 Akuntansi alumni Universitas Syiah Kuala

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tanggapan atas Komentar Meetzee Dupree tentang Persatuan di Belakang Statuta FIFA

10 Mei 2012   08:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:29 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tulisan saya mengenai Titus Bonai (http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/05/10/titus-bonai-mengikuti-rafinha-bermain-untuk-turnamen-non-fifa-dan-jens-lehmann-status-tanpa-klub/) yang berani mengikuti jejak Rafinha (dalam hal membangkang klubnya untuk ikut Olimpiade yang bukan turnamen resmi FIFA) dan Jens Lehmann (pemain tanpa klub tapi bisa bermain di Euro 2008) ada satu komentar yang menurut Saya menarik dan konyol dari kompasianer Meetzee Dupree.

Komentarnya saya copy paste langsung dari kolum komentar sebagai berikut:

"KENAPA BISA TIMBUL SEPARATISME DI SEPAK BOLA KITA JIKA PEMANGKU KEBIJAKAN YG SAH TDK MEMBIARKAN HAL HAL YG AKAN MENIMBULKAN SPARATISME TERJADI KAWAN….? PA ZEIN KALAU PAK ZEIN MEMANG NASIOALIS KENAPA PAK ZEN DUKUNG KELOMPOK YG MENEMPATKAN PERSATUAN BANGSA DI BELAKANG STATUTA FIFA? BEGITU TINGGINYAKAH STATUTA FIFA ARTINYA DI BANDINGKAN PERSATUAN BANGSA ?"

Ada tiga poin yang bisa Saya petik dari komentarnya:

1. Separatisme dalam Sepakbola

2. Pak Zein Muttaqin yang mendukung PSSI

3. Menempatkan Persatuan di belakang Statuta FIFA

Secara singkat dapat Saya lihat harapan Meetzee Dupree (MD) yang menginginkan Pak Zein dapat berdiri di semua golongan baik itu golongan direstui oleh FIFA, AFC dan Pemerintah RI dan golongan separatis yang direstui oleh ND Bakrie, ANTV, TV One dan berbagai macam dedengkotnya. Pak Zein tidak salah berkomentar tentang Tibo yang dia ibaratkan seperti kesatria sebagaimana seorang John Terry yang tetap teguh membela England meskipun jabatannya sebagai kaptem Saint George Cross dicopot, mengumpat rasis kepada Anton Ferdinand dan dihujat oleh pers Inggris.

Perlu, Saudara MD ingat bahwa sepakbola itu bukan seperti demokrasi kebablasan yang bisa seenaknya bicara tentang kebebasan HAM, Liberalisme dan Kesetaraan Gender atau kalau tidak suka dengan pemimpin sekarang beroposisi, membuat partai baru (seperti yang dilakukan oleh Surya Paloh, Prabowo dan Wiranto) bahkan lebih gila lagi mendirikan federasi potong kompas (KLB PSSI Ancol). Aturannya jelas bahwa The Law of The Game, berbagai Code of Conduct, Directive dan FIFA Statute tidak boleh dilanggar. Pria dan Wanita tetap harus bermain 2x45 menit untuk bisa memenangkan pertandingan, judi dan pengaturan skor diharamkan bagi pemain, official dan perangkat pertandingan, dan tidak boleh ada pemberontakan kepada federasi induk. FIFA memang pemilik dan payung segala jenis kegiatan sepakbola profesional dan amatir bahkan turunannnya, baik itu Beach Soccer dan Futsal. Memang kesannya otoriter dan tiran, tapi lihatlah sisi baiknya yang membuat kita tetap bisa menikmati Sepakbola yaitu FIFA mampu membawa pesan persatuan dan perdamaian semua negara lewat kampanye termahalnya yaitu FIFA World Cup (Insya Allah akan diselenggarakan di Brazil 2014).

Kenapa Indonesia melalui FAnya, PSSI memilih tunduk dibawah FIFA? Sepakbola itu Universal, artinya dia milik dunia planet bumi yang dihuni 8 Milyar orang, bukan 230 juta orang saja yang berhak. Siapa yang berhak dan capek mengurusi urusan 11 lawan 11 dengan satu bola dua gawang ini sejak Jules Rimet dan rekan-rekannya di tahun 1904 mempersatukan semua negara untuk bersatu dalam kompetisi dunia dalam satu wadah resmi organisasi? jawabnya FIFA.

Kenapa FIFA? kok bukan VIVA? FIFA beranggotakan 220 lebih anggota (terbesar dibandingkan United Nations dan IOC). Non-member FIFA diantaranya Great Britain dan Monaco, tapi mereka juga tidak masuk ke VIVA. Alasan paling masuk akal adalah selain jumlah anggotanya yang besar, FIFA juga membawahi 6 Federasi benua. Alasan lain? Piala Dunia! Setiap 4 tahun sekali FIFA menyelenggarakan turnamen paling bergengsi (bahkan menurut saya gengsi olimpiade tidak ada apa-apanya) yaitu Piala Dunia. Kok bisa dibilang FIFA mempersatukan dunia? Coba anda bayangkan bagaimana sih sebuah organisasi dunia mampu membuat semua anggotanya bergairah dan wajib mengikuti seluruh rangkaian kualifikasi Piala Dunia. Bukan cuma Indonesia, tapi negeri-negeri yang jarang anda dengar seperti Montenegro, Andora, Panama dan lain-lain sangat ingin lolos ke Piala Dunia. FIFA sudah membuktikan kepada PBB bahwa melalui sepakbola mereka bukan cuma bisa mempersatukan anak bangsa Aceh menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan menyemangati setiap langkah dan tendangan yang diciptakan Ellie Aiboy dkk di warung kopi saat Piala Asia 20o7, tapi juga mampu mempertemukan dua musuh bebuyutan dalam segala bidang, Indonesia vs Malaysia bersatu dalam semangat fair play yaitu sepakbola atau bahkan Jerman vs Belanda di Euro nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun