Mohon tunggu...
Reza Goemelar
Reza Goemelar Mohon Tunggu... -

Check this out :) http://dilangitsore.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Serial Televisi untuk Bangsa

10 November 2015   19:09 Diperbarui: 10 November 2015   19:13 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Begitu banyak serial televisi atau sinetron di Indonesia, mulai dari yang bercerita tentang kehidupan remaja di SMA, tukang ubur-ubur naik haji, sepak bola ajaib si midun, bahkan naga atau elang yang bisa membeli obat ke apotik. Ya, beragam cerita serial telivisi yang disugukan rumah produksi di Indonesia, namun hanya sedikit yang berkualitas. Bandingkan dengan tayangan serial telivisi luar negeri seperti Amerika, mereka memiliki serial telivisi yang banyak dan berkualitas. Berkualitas disini berarti mendidik, bermoral, dan tentunya mencerdaskan penonton. Serial televisi di Indonesia seharusnya mampu menyajikan cerita bermutu seperti itu. Hanya saja kurangnya niat menjadi salah satu hambatan, mereka hanya memikirkan rating saja.

Ada beberapa hal yang menyebabkan serial televisi di Indonesia dinilai kurang berkualitas. Pertama, konflik cerita yang monotone dan mudah ditebak. Contohnya ketika tokoh utama serial televisi tersebut sangat miskin, tinggal di panti asuhan sejak umur 3 bulan, namun dia cantik. Sudah pasti nantinya di pertengahan atau akhir cerita akan terungkap bahwa dia sebenarnya anak orang kaya dan karena suatu alasan dia dititipkan di panti asuhan. Cerita seperti ini sudah sering terjadi di serial televisi di Indonesia. Pertanyaan nya adalah kenapa para sutradara kerap membuat cerita seperti ini? Sutradara itu orang kreatif bukan? Dimana kreatifitas sutradara ketika menciptakan sebuah cerita yang sangat monotone?

Faktor lain yang menyebabkan serial telivisi di Indonesia kurang berkualitas adalah setting dan tema cerita tersebut. Bayangkan saja, seorang gadis miskin yang tinggal di pemukiman kumuh tetapi dia terlihat cantik, rambut lurus seperti habis dari salon dan memakai baju yang tidak kucel. Sangat tidak menggambarkan gadis miskin, aneh. Terkadang cerita serial tevelisi melenceng dari tema nya. Contohnya serial televisi “Emak Ijem Mau Pergi Haji”. Tema dan judul yang religius, namun isi dari serial telivisi tersebut hanya berupa candaan yang tidak lucu dan tidak mendidik.

Hanya beberapa episode saja yang menampilkan cerita religius, episode 1-10 kalau tidak salah. Sisanya hanya candaan dan alur cerita yang jauh melenceng dari tema serial televisi tersebut. Tokoh Emak Ijem yang menjadi judul serial tv ini pun ikut tersisih dengan tokoh-tokoh lainnya. Cerita Emak Ijem yang mau pergi haji pun terlupakan, terganti dengan cerita aneh bin ajaib. Akhrinya Emak pun gajadi naik haji, kasian.

Ada beberapa serial televisi di Indonesia yang bertahan sampai beberapa season. Masih ingat Tersanjoeng, Cinta Witri, Pasukan Pencari Tuhan dan lain sebagainya? Mereka hanya beberapa contoh serial telivisi yang bertahan lebih dari dua season. Terkadang ada serial telivisi yang pada awalnya bagus, tetapi karena bagus dan ratingnya tinggi cerita yang seharusnya selesai malah dilanjutkan alias tidak jadi tamat. Ya, serial televisi yang pada season pertama terlihat berkualitas dan season selanjutnya jelek karena mengincar rating belaka. Karena tidak konsisten, alhasil mereka menelan pil pahit. Rating turun dan cerita berakhir dengan tidak jelas alias menggantung.

Tanpa disadari serial telivisi yang kita tonton setiap hari memiliki peran dalam hidup kita. Ketika para anak sekolah menonton serial televisi remaja yang memakai rok pendek dan menggunakan bahasa kurang sopan tentu mereka akan menirunya dalam kehidupan nyata. Tidak semua penonton dapat memilih mana yang baik dan buruk dari sebuah cerita di serial televisi, oleh sebab itu sudah seharusnya Indonesia harus membinasakan serial telivisi yang tidak berkualitas. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun