[caption id="attachment_166024" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Ibukota telah menjadi primadona bagi para pelancong negeri ini, mulai dari pencari kerja,pencari peruntungan sampai pencari masalah. Pada akhirnya, Jakarta menjadi penuh sesak dengan manusia dari selruh latar belakang kehidupan. Tidak lagi dibatasi oleh kemahiran,kemapanan,keberuntungan,dan status sosial tetapi hanya bermodalkan keinginan dan kemamuan tanpa persiapan yang matang bisa sampai ke ibukota. Bicara fenomena dari transmigrasi tersebut, pastilah tidak luput dari sebuah masalah dan koflik yang akhirnya sampai saat ini masih sulit untuk dipecahkan. Dengan daya tariknya, Jakarta memang punya segudang "magis" untuk membuat seseorang "terhipotis" agar bisa berkunjung dan akhirnya meggantungkan kehidupanya di sana. Belum lagi "mitos" dan guyonan orang tua kita dulu, "Jakarta adalah kota sejuta impian". Hal inilah yang membuat permasalahan menjadi semakin pelik dan samar dalam memperoleh data dan fakta yag akurat. Mulai dari masalah jumlah perpindahan penduduk,jumlah pengangguran, kemiskinan, sampai masalah kemacetan dan bajir yang merupakan efek konstan dari transmigrasi di Jakarta. Lalu, apakah ada permasalahan lain yang terjadi dari imbasi fenomena ini..??? Masalah tersebut berkaitan dengan tindakan kriminalitas dan jumlah kecelakaan yang setiap tahun selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Apakah dengan berbagai macam permasalahan yang ada seperti ini, Jakarta tidak lagi memiliki daya "magis" untuk membuat orang lain takut dan akhirnya mengurungkan niatnya datang ke ibukota..??? Jawabannya,TIDAK..!!! Mengapa demikian, sebab Jakarta masih memiliki potensi lain yang menjadi tujuan utama seorang pelancong menginjakkan kainya ke ibukota. Ya..mereka rela datang meskipun harus mengorbankan seluruh harta dan jiwanya demi mendapatkan "Penghidupan yang layak". Penghidupan yang layak seperti apa yang para pelancong maksudkan..??? sederhananya,mereka hanya ingin merubah kehidupannya agar status sosialnya dapat di tingkatkan. Mulai dari keinginan membantu perekonomian keluarga,mencoba peruntungan agar dapat merubah nasib, sampai hanya ingin merasakan jadi "orang kaya". Miris memang jika kita lihat Jakarta pada saat ini, dengan segudang masalah pemerintahan yang tak kunjung usai sampai dengan kesulitan perekonomian karena sulitnya mencari lapangan pekerjaan di Jakarta. Namun,lagi-lagi Jakarta punya daya "magis" tersendiri yang mampu membuat para pelancong terhipnotis sehingga tidak lagi mengindahkan fenomena tersebut. Pertanyaan berikutnya yang tidak kalah menjadi sorotan, "apakah Jakarta masih aman bagi penghuni tetap dan para pelancongnya..??". Lihat saja data tindakan kriminalitas di Jakarta, setiap tahun memiliki peningkatan drastis (walaupun terkadang fluktuatif).
Salah satu bukti keseriusan Polda Metro Jaya dalam memberantas tidakan kriminalitas di Ibukota.
Kesempatan dalam kesempitan di dalam bus way sering di jadikan sebuah tindakan asusila dan menjadi momok menakutkan bagi para pengguna jasa transportasi paling eksekutif di dataran ibukota. Bentuk kejahatan yang menjadi "budaya" di Ibukota yang penuh dengan himpitan ekonomi, bukan penunjang perekonomian..!!! Mencopet dalam kereta api dan saling "Mencopot" jika menjadi pegawai negeri. Lagi terdapat ladag tindakan kriminalitas dari gambaran wajah transportasi yang di miliki Ibukota. Pemerkosaan di dalam angkutan umum (angkot) yang menjadi trendseter dalam berita media massa akhir-akhir ini. Para pejalan kai pun tak lupt menadi korban dari muramnya wajahnya ibukota. Kecelakaan di daerah tugu tani,monas Jakarta yang menewaskan 8 orang yang di tabrak oleh oleh mobil xenia baru-baru ini. Dari data dan fakta di atas, masihkah Jakarta dapat di katakan aman bagi penghuni tetap dan para pelancongnya dari imbas transmigrasi besar-besaran, mitos yang berkembang dan guyonan orang tua terdahulu demi mendapatkan penghidupan yang layak..??? sejenak dapat kita renungkan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H