" Tolong berikan saya satu voucher " , demikian bocah perempuan bule dengan nada penuh harap  itu berkata dalam bahasa spanyol kepada saya, seusai panitia HUT RI KBRI Santiago memberikan hadiah kepada seluruh pemenang lomba dalam rangka HUT RI ke 65. Voucher dimaksud adalah hadiah berupa uang yang diberikan kepada para juara lomba dalam rangka HUT RI yang digelar KBRI Santiago. Bocah perempuan itu (Andrea) tidak menerima hadiah voucher dimaksud karena tidak menang dalam lomba penulisan tentang Indonesia. Saya katakan padanya : "Voucher itu hanya diberikan kepada pemenang lomba, yang tidak menang tidak mendapat vouher, begitu kata panitia".
[caption id="attachment_231051" align="alignright" width="300" caption="Para pelajar Sekolah Indonesia di Chile, kepsek dan guru"][/caption]
Andrea menunduk, wajahnya tampak sedih, ia berkata lagi  "Saya mohon..." Secara Refleks saya mengerti apa yang diinginkannya,  saya membawanya kesudut ruang dan memberikannya sedikit uang. Wajah Andrea berbinar seketika, mengucap terimakasih, mencium saya  dan berlari kecil menghampiri teman-temannya, yang sepintas saya perhatikan seperti menceritakan apa yang baru dialami. Sesaat saya teringat tentang bocah Basyir di negeri sendiri yang bunuh diri karena tidak bisa bersekolah. Basyir yang mungkin membuat kita merasa bersalah, atau memang kita benar bersalah.
Andrea adalah salah satu siswi SD pada Sekolah Indonesia di Chile (Escuela Republica de Indonesia Lo Sepejo, Chile), yaitu sekolah negeri di Chile yang para  muridnya (sekitar 500 orang) secara ekonomi  berasal dari golongan bawah. Sekolah ini diberi nama Sekolah Indonesia, karena KBRI Santiago, c.q Pemerintah Indonesia memberi bantuan berupa fasilitas/peralatan sekolah bagi siswa/i yang kurang mampu, seperti halnya di Jakarta ada Sekolah Luar Biasa Chile, nama yang diberikan erat kaitannya dengan bantuan fasilitas pembelajaran Pemerintah Chile untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta. Chile, negara yang genap akan merayakan 200 tahun kemerdekaannya pada bulan September tahun ini, dibalik cantik  dan gemerlapnya  kota Santiago, Seperti halnya di Jakarta, juga  ada kemiskinan yang merayap dikota itu. Pemandangan beberapa duafa yang berpakaian compang camping dan bau pesing menjadi pemandangan yang kerap terlihat.
Andrea dan 16 orang teman beserta kepala sekolah dan dua orang gurunya hadir pada upacara memperingati HUT RI ke 65Â di KBRI Santiago. [caption id="attachment_231047" align="alignright" width="300" caption="KUAI KBRI Santiago, Ibu Rofita menyalami para pelajar"][/caption]
Mereka murid terbaik disekolah itu yang dipilih oleh Kepala Sekolahnya untuk  memperingati HUT RI, mengikuti upacara Pengibaran bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan bersilaturahmi dengan WNI di Chile.
Pada HUT RI yang lalu (2009) siswa/i dari Sekolah Indonesia itu  bergabung dengan anak-anak WNI di Chile mengikuti perlombaan tarik tambang, lari, adu balap karung,  sepak bola dan lain lain.
Pada peringatan Agustusan tahun ini, perlombaan tersebut ditiadakan, dan bagi siswa/i Sekolah Indonesia di ganti dengan perlombaan menulis tentang Indonesia ( makanan, tempat wisata/pemandangan, musik, flora, melukis fauna,  dan lain-lain). Sedangkan bagi WNI di Chile diadakan pertandingan bulutangkis, tenis meja dan bowling.
[caption id="attachment_230982" align="alignleft" width="278" caption="Pengibaran Bendera pada HUT RI ke 65 di KBRI Santiago"][/caption]
Â
Â