Januari 2012,
Saya ketemu seorang padre dari indonesia yang mukim chile, sebut saja namanya padre jose. Padre jose seorang pendeta, mengajak saya dan anaks (kami berenam) dengan kendaraan setengah bak terbuka yang dikendarai padre pergi ke satu sungai, menghibur anaks karena gak bisa pergi ke pertambangan di daerah salamanca oleh sebab gak bawa karnet (sebangsa ktp kalo di jakarta).
Kami tiba di sungai yang berair jernih, rimbun oleh pepohonan, suasana indah, sepanjang jalan yang dilewati tidak sedikit masyarakat setempat menyapa ramah padre, melambai tangan ke arah kendaraan yang kami tumpangi. Saya bisa rasakan kedekatan padre dengan masyarakat setempat. Di sungai ada perempuan tua berkuda menyapa ramah dan sedikit omong-omong dengan padre jose. Anaks kegirangan berada di sekitar sungai, loncat-loncat sambil foto-foto dengan narsis.
Padre jose agak menjauh dari kami. Saya memperhatikan padre dengan seksama, padre mengutip bekas minuman mineral dari botol plastik dan kaleng, mengumpulkan dan melempar ke mobil setengah bak terbuka yang tadi membawa kami. Saya agak terkejut melihat pemandangan ini. Seperti bisa menjawab apa yang ada dalam pikiran saya, padre jose berkata ringan sambil tersenyum ramah : “ saya membersihkan lingkungan sekaligus mendapat rezeki ” .
Saya terkesima dengan omongan padre. Dalam kapasitas seorang pendeta yang disegani di salamanca, biasa memimpin jemaat di gerejanya, padre jose tanpa malu dan sungkan mengutip bekas2 botol dari plastik dan kaleng bekas minuman yang ada berserakan disekitar sungai bekas orang yang camping. Menurut padre dia terbiasa melakukan hal secara sambil lalu, mengumpulkan bekas botol plastik dan kaleng, dikumpulkan dan dijual. Apakah padre jose kekurangan uang hingga perlu menjual botol dan kaleng bekas minuman ? jelas tidak, rumah padre terletak disamping gereja di salamanca, sangat luas, ada lapangan, diatas rumah terbentang gunung atau bukit batu dengan pepohonan besar. Di rumah padre ada pembantu orang chile yang masak dan bersih2 rumah. Lapangan dimaksud sering dimanfaatkan pada saat summer. Saat saya berada disana malam hari lapangan ada panggung besar dengan sound system canggih, ada ajang pemilihan penyanyi chile yang diwakili oleh penyanyi perwakilan dari beberapa daerah dan disponsori oleh perusahaan tambang setempat.
Sejenak saya teringat pemulung yang biasa mengais sampah disekitar rumah, mencari botol2 plastik bekas minuman mineral. Bila di jakarta saya melihat pemandangan ini dilakukan seorang pemulung, tapi di chile saya melihat hal ini dilakukan oleh seorang pendeta dari indonesia yang mukim di chile. Saya sama sekali tidak melihat rasa malu atau sungkan padre jose yang mengutip satu demi satu botol plastik itu hingga nyaris tempat itu menjadi relatif lebih bersih.
Saya bukan ahli agama walau lahir dari keluarga muslim yang relatif taat. Saya sering mendengar pak ustadz mengatakan islam adalah rahmatan lil alamin (islam datang untuk membawa rahmat bagi alam semesta). Di sisi lain kita tak jarang dihadapkan pada benturan dimasyarakat adanya kelompok yang beragama islam namun melakukan hal diluar yang diajarkan islam itu sendiri. Bisa jadi itu bernuansa politik atau lebih karena adanya satu kepentingan, entahlah.
Adalah fakta bila kita menganut satu agama tertentu, secara umum kita dianggap mewakili agama yang kita anut, artinya kalo kita melakukan hal melenceng akan berbuntut penilaian orang terhadap agama yang kita anut. Ini memang tidak adil tapi itulah yang hidup di masyarakat.
Seorang penganut agama cenderung dianggap merepresentasikan agama yang dianutnya. Sebagai contoh pak X misalnya, beragama islam, rajin sholat, mulai sholat lima waktu sampai sholat sunat tahajud malam. Namun hubungan pak X dengan tetangga bahkan keluarganya tidak terlau baik, karena kalo pak X dimintai tolong cenderung tidak mau dan menolak, kalaupun dia mau akan nampak dari bahasa tubuhnya bahwa dia sebenarnya tidak suka alias tidak ikhlas, padahal dalam mengerjakan sholat luar biasa hebat, tepat waktu ditambah lagi dengan sholat sunat dan pengetahuan agamanya tak bisa dianggap ecek-ecek, artinya dia tahu bahwa orang yang baik adalah orang yang banyak memberikan manfaat buat orang lain, namun hal itu tidak mengejewantah dalam dirinya terhadap lingkungan, sehingga lingkunganpun tidak terlalu bersimpati kepadanya.
Bisa disebut urusan taat mengerjakan perintah tuhan adalah urusan setiap manusia dengan sang khaliq, sedang dalam kehidupan keseharian sesama manusia adalah hubungan yang langsung bisa terlihat secara kasat mata dan bisa dinilai secara langsung antar manusia secara obyektif. Orang bisa menilai dan mengatakan seperti ini : “padahal pak X itu sholatnya banyak ya, lebih dari kita-kita tapi kok kelakuannya kayak gitu” Kelakuan pak X mau tidak mau jadi dihubungkan dengan agama dan sholat yang dilakukannya. Sayang sekali dalam hal ini agama yang dianut pak X jadi cenderung dianggap “gimana gitu” padahal jelas itu adalah karena pak X, bukan karena agamanya mengajarkan seperti itu. Dalam kasus ini saya pikir akan lebih nyaman berteman dengan seorang yang sholatnya biasa2 saja namun banyak memberikan manfaat buat lingkungan.
Kembali kepada apa yang dilakukan padre jose di atas, yang dengan senang hati memunguti sampah botol plastik dan kaleng bekas minuman di sungai yang biasa dipakai untuk camping, yang beliau sebut sebagai “membersihkan lingkungan sambil mendapat rezeki”. Buat saya sesuatu yang agak mencengangkan.