Sedih dan prihatin. Dua kata itu saya rasakan saat membaca tulisan-tulisan di dunia maya yang berseliweran seputar percaturan  politik di tanah air. Bahkan bursa ramalan dan analisis  berbau suksesi kepemimpinan mengemuka.  Lebih dari itu,   nama calon presiden  dikupas. Bicara yang berbau suksesi kepemimpinan yang belum saatnya buat saya  entah kenapa   bikin  "deg-degan" yang kuat,   kekhawatiran dan trauma akan  kejadian kerusuhan mei tahun 1998 khususnya di jakarta membuat miris.
Masih segar dalam ingatan kejadian mei 1998 di jakarta dan kota besar lainnya  yang meledak  dan disebut sangat  terorganisasi dan sistematis.   Pembakaran  sejumlah mall, penjarahan, penghancuran toko dan perusahaan milik WNI keturunan tionghoa, disebut pula adanya pelecehan seksual, pemerkosaan dan pembunuhan   terhadap perempuan tionghoa dan  penembakan mahasiswa trisaksi.  Sungguh sejarah  hitam yang menodai berdirinya negara ini. Awal dan akhir dari kejadian  kerusuhan 1998 masih kontroversial, dan Indonesia yang "pemaaf" mungkin telah melupakan sejarah hitam yang menodai negeri ini. Akh, semudah itukah untuk melupakannya?
Walaupun awal kejadian kerusuhan mei 1998  terkesan masih kontroversial, namun salah satu pemicunya diperkirakan  adalah  ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan pak harto yang berkuasa selama 32 tahun, disamping oknum  yang mencoba bermain di air keruh. Saat ini keraguan akan kinerja  pemerintahan pak SBY  bila diamati terasa kian menguat.
Beberapa bulan lalu para jenderal senior mengutarakan keprihatinan terhadap berjalannya roda negeri ini.  Para pengamat  mulai memainkan pisau analisis  seperti tebak-tebakan tentang  figur  pengganti pak presiden, hm.. "seolah-olah" akan ada suksesi kepemimpinan. Para tokoh lintas agamapun bak selebritis yang merasa gerah terhadap kebohongan pemerintah  dan "memproklamirkan" kebohongan pemerintah  berjumlah  9 dan kebohongan yang lama ada 9, sehingga  total ada 18 kebohongan pemerintah menurut mereka,  sekaligus  mengajak ummat untuk memerangi kebohongan itu.
Seperti biasa pula ada yang pro dan kontra terhadap kebohongan yang diproklamirkan tokoh lintas agama tersebut, dan diantaranya  menyebut ada tokoh agama yang pasang kuda-kuda untuk tahun 2014. Menurut berita 18 kebohongan yang disebut-sebut itu telah ditanggapi pak presiden dengan 18 instruksi presiden. Tentulah ada pula  yang meragukan instruksi ini akan berjalan mulus khususnya yang terkait dengan pemberantasan mafia hukum, rekening gendut dan lainnya, dan itu sangat bisa dimengerti.
Semua kejadian seperti berkelindan berjalan ditempat dan tak ada kemajuan. Sulit dipungkiri bila disebut pemerintah tidak sukses menangani negeri ini. Ketidakpuasan yang memuncak bukan tidak mungkin menjadi pemicu kerusuhan dalam negeri yang sangat tidak diinginkan.
Revolusi? hmm,  revolusi memang identik dengan  sesuatu yang terdengar gagah dan heroik, tapi revolusi  cenderung  menelan korban anak bangsa yang tak berdosa,     rakyat yang dalam keseharian   hidup dalam keterbatasan.  Mari berharap apapun yang terjadi dengan negeri  ini jangan ada darah anak bangsa  yang tak berdosa tertumpah, jangan  ada korban lagi seperti yang terjadi pada lembaran hitam kerusuhan mei 1998, dan jangan mudah  melupakan lembaran hitam yang berdarah  itu.
Buat pak presiden dan wakil presiden yth, apapun yang  disuarakan rakyat negeri ini,   semata  karena cinta pada negeri ini. Berhentilah berjanji, karena janji itu  sudah banyak dan perlu  diwujudkan. Masih ada waktu untuk memberikan arti keberadaan sebagai pemimpin negeri ini. Rakyat   mendukung setiap tindakan   untuk mewujudkan indonesia yang lebih baik.
Bangkit indonesia ! Love you.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H