Penipuan yang dilakukan oleh mereka yang mengaku "eksportir" indonesia terhadap calon pembelinya di luar negeri bukan berita atau hal baru. Modus operandi yang dilakukan para penipu ini adalah dengan memasang company profile di website yang terkesan "menarik dan bonafide". Website tersebut diklik oleh calon pembeli atau importir di luar negeri yang tertarik dan sedang mencari mitra bisnis di indonesia. Bisa ditebak, terjadilah korespondensi, tawar menawar dan kontak bisnis melalui email. Mungkin karena berdasar "kepercayaan" semata, atau karena harga yang ditawarkan terbilang "murah", oleh sang pengusaha gadungan , maka calon pembeli atau Importir yang percaya mengadakan transaksi melalui telegrafic transfer (TT) langsung mengirim uang untuk membeli produk yang diinginkan, namun setelah uang dikirim, produk yang dibeli tak kunjung datang, komunikasipun selesai.
Bila kita browsing tentang website suatu perusahaan di indonesia, kadang-kadang tidak terlalu sulit untuk bisa "mencurigai", perusahaan yang "abal-abal" dengan perusahaan yang sejati. Sebagai contoh ada company profile "perusahaan atau eksportir" yang mengaku berbisnis produk rempah-rempah/spices, tapi gambar yang mereka gunakan dalam company profile adalah produk furniture yang sangat elegan, dan tidak ada sedikitpun menggambarkan produk rempah - rempah yang mereka jual atau tawarkan. Patut diduga para "pemain" ini orang yang relatif "pinter".
Salah satu contoh adalah kejadian yang ini dialami oleh importir produk kertas di chile, importir dimaksud bernama hernan bienzobas aramayo dan marcelo fuenzalida dari perusahaan inversiones capilu ltda. Mereka mengatakan telah menjadi korban penipuan oleh dua orang yang mengaku sebagai eksportir produk kertas indonesia. Penipuan pertama yang dialami oleh hernam bienzobas adalah dilakukan c.v. masturnip jaya, beralamat di medan. Dalam hal ini importir tersebut telah mengirim sebagian uang untuk membeli kertas atau senilai US$ 4.380 melalui telegrafic transfer, namun kertas yang dibelinya tidak pernah tiba ke alamat importir, sedangkan fredy chandra yang mengaku sebagai boss dari cv masturnip hilang lenyap tidak bisa dihubungi.
Kejadian kedua, masih dialami oleh importir yang sama, yang mengadakan kontak bisnis dengan perusahaan cemerlang store, dengan pemilik bernama erwin simanjuntak, yang juga beralamat di medan. Bienzobas telah mengirimkan uang senilai US$ 9.120 untuk pembelian kertas foto copy, dengan pembayaran melalui telegrafic transfer (TT), namun kertas yang dibeli tak pernah tiba di Santiago, ditelepon dan email berkali-kali, simanjuntak mengatakan bahwa cemerlang store mendapat musibah kebakaran, dan urusan bisnispun dianggap selesai secara sepihak.
Hernam bienzobas mengatakan dia mendapatkan nama kedua perusahaan dimaksud dari salah satu website di indonesia.
Kejadian ini jelas membuat buruk citra indonesia di luar negeri. Sulit pula untuk melacak keberadaan sang penipu tersebut. Tidak juga banyak yang bisa dilakukan oleh kantor indonesia trade promotion centre setempat, selain memberi saran agar melakukan transaksi bisnis melalui letter of credit (L/C), tidak percaya begitu saja terhadap website tentang keberadaan suatu perusahaan, meminta bantuan untuk mencari tahu kebenaran suatu perusahaan melalui kantor indonesia trade promotion centre (ITPC), KBRI atau Konjen setempat sangat dianjurkan, karena kebenaran tentang keberadaan nama suatu perusahaan di indonesia bisa dilacak oleh instansi tersebut. Di samping itu ITPC memberikan daftar eksportir kertas indonesia yang bisa dipertanggungjawabkan keberadaannya.
Maafkan indonesia señor hernam bienzobas dan señor marcelo fuenzalida.
Sumber : itpc santiago
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H