Dalam persaingan dagang yang tajam di era global, negara sekecil apapun menjadi incaran tempat mengais devisa. Bila indonesia menganggap amerika, jepang dan negara eropa sebagai pasar tradisional yang mungkin sudah jenuh, ada pasar non tradisional yang sudah lama di incar, dialah si imut chile. Bukan cuma indonesia yang mengincar chile. Sesama asean saja sudah lebih dulu eksis di pasar chile, bahkan dengan promosi yang terbilang "habis-habisan".
Jumlah penduduk chile “hanya” sekitar 17 juta. GDP percapita US$ 11.828, ekonominya tumbuh 5,2 %, ngedrop akibat tsumani 2010, angka pengangguran diperkirakan 7 s.d. 8%. Chile sangat tergantung kepada ekspor. Pada 10 bulan pertama tahun 2010 ekspor chile ke dunia mencapai US$ 53,9 milyar, dan nilai impor US$ 52,87 milyar, yang membuat neraca perdagangan negara ini surplus US$ 14,56 milyar.
Nilai pesos chile (CLP) terus menguat terhadap dólar AS, april 2011, US$ 1 = CLP 467. Menguatnya pesos karena membanjirnya dólar AS ke chile sebagai akibat pendapatan pemerintah chile dari ekspor tembaga yang terus meningkat. Di samping aktif pada organisasi kerjasama ekonomi dan perdagangan regional mupun internacional, chile adalah anggota G15, G77, APEC, WTO dan OECD. Masuk anggota OECD (OrganisasiuntukKerjasama dan pengembangan ekonomi) yang notabene disebut kumpulan negara maju. Konon disebut-sebut untuk menjadi anggota club ini harus membayar uang 3 juta euro pertahun ditambah dengan 2 juta euro untuk biaya perjalanan dinas pejabats chile dalam mengikuti kegiatan OECD, atau secara keseluruhan sekitar 7 sampai 8 juta euro setahun.
Mengais Devisa di Pasar Chile
Chile banyak dilirik oleh negara asia maupun negara maju untuk mengais dólar. Promosi atau gebrakan yang dilakukanpun tidak tanggung-tanggung. Tulisan ini hanya melihat sekilas promosi yang dilakukan negara pesaing kita yang bermain di pasar chile.
China misalnya, negara paling “super gila” dalam ekspansi produknya ini, hampir seluruh produknya masuk di pasar chile. Pasar patronato di Santiago dominan menjual produk china, pasar ini nyaris seperti “china town” nya Santiago.
Apa yang dilakukan pemerintah china di chile, terbilang bukan “ecek-ecek”. Hubungan diplomatik kedua negara sudah terjalin selama 40 tahun. Himpunan industri chile (sofofa) dan kedutaan besar china di Santiago pada desember 2010 menggelar seminar bilateral business china – chile. Pada acara ini china dipimpin oleh direktur perusahaan minmetals, membawa misi dagang berjumlah 40 pengusaha dari sector industri, pertambangan, pertanian dan keuangan. Dari pihak chile hadir menteri ekonomi dan menkeunya dan para pengusaha chile. Dalam pertemuan itu diadakan pertemuan bisnis kedua negara.
Lain china, lain pula yang dilakukan taiwan, untuk mengais dólar di chile, hampir setiap tahun negara ini membawa misi dagangnya yang digelar di hotel terbilang mewah. Misi ini membawa 60 perusahaan dalam berbagai jenis produk, mulai dari aksesori mobil sampai stationaries. Untuk kegiatan ini diperkirakan sekitar 300 pengusaha chile terlibat hadir. Tidak heran hal ini membuat dolar dari chile mengalir ke taiwan sangat signifikan. Tercatat pada tahun 2009 dólar yang diperoleh taiwan sejumlah US$ 154,8 juta meningkat bila dibandingkan tahun 2010 menjadi US$ 2.310 juta.
Taiwan bahkan tidak tanggung-tanggung, atau seperti tak ingin kalah dengan gencarnya china di pasar chile, taiwan memberikan iming-iming insentif kepada importir chile yang mengunjungi pameran di taiwan, yaitu mulai dari uang saku sebesar US$ 2.000 untuk kelompok pengusaha chile tertentu sampai dengan memberikan tiket pp dan akomodasi di hotel taiwan.
Untuk maksud yang sama, malaysia pada tahun 2010 membawa misi dagang 20 pengusaha malaysia ke chile. Sedangkan thailand saat ini sedang gencar bernegosiasi dengan chile dalam hal free trade area aggrement (FTA). Thailand merupakan salah satu negara asia terbesar yang mengekspor ke chile. Sebuah sumber mengatakan pada awal promosi thailand di chile, negara ini juga memberikan tiket kepada importir chile yang berkunjung pada pada pameran yang di gelar di thailand. India bisa disebut negara “pinter” karena FTAnya dengan chile bersifat parsial. Dalam hal promosi, india pernah menggelar solo exhibition sangat besar. FTA malaysia dengan chile hanya “menghitung hari”, yaitu menunggu ketok palu dari masing-masing kongresnya. Brunei, singapura, new zealand, australia, jepang, india dan negara besar lain FTAnya sudah jalan dengan Chile.
Bagaimana Promosi Dagang Indonesia di Chile ?
Yang pasti untuk masuk ke pasar chile produk indonesia sudah kalah dari sisi biaya masuk ke pasar chile sebesar 6%. Mengapa ? karena free trade area (FTA) agreement belum jalan. FTA indonesia dengan chile masih penjajakan. Yang kelihatan sih chile rada-rada “nguber” agar FTA cepat selesai. Bisa jadi karena chile menganggap indonesia adalah pasar yang besar dan sangat potensial di asia, sementara indonesia nampak masih “berhati-hati” mengambil sikap.
Lepas dari sikap hati-hati yang memang harus dilakukan, kegiatan promosi untuk mengais devisa di pasar chile yang pasti perlu terus dilakukan seperti halnya promosi habis-habisan yang dilakukan negara pesaing kita.
Untuk urusan promosi, indonesia belum melakukan seperti yang dilakukan malaysia, taiwan, china dan lains. Promosi memang bukan hal yang “murah”. Dalam satu produk yang punya brand, misalnya coca cola, sering disebut, biaya promosi coca cola lebih mahal ketimbang harga minumannya itu sendiri. Jelas bukan hanya sisi swasta yang kudu “galak” dalam promosi, tetapi sisi pemerintah juga harus lebih "galak" lagi. lihatlah bagaimana pemerintah china, malaysia, thailand, india berupaya mempromosikan kehebatan dunia usahanya.
Dengan ”amunisi” untuk promosi yang relatif seadanya di pasar chile, indonesia terkesan “tertatih-tatih” bila dibandingkan dengan negara pesaing lainnya. Promosi yang dilakukan masih sebatas mengikuti pameran dagang, memperluas networking dengan importir setempat, penyebaran informasi kepada dunia usaha dan pelayanan permintaan hubungan dagang.
Promosi yang dilakukan berupa misi dagang, memberikan insentif berupa tiket pp bagi importir besar yang datang ke indonesia seperti yang dilakukan negara kompetitor kita belum dilakukan. (walaupun wacana itu sudah ada). Betapapun, tetap ada pebisnis yang bukan jago kandang mencoba mencari peluang pasar di chile. Apresiasi yang tinggi untuk pengusaha yang melakukan misi dagang secara individual, yang dibantu hanya sebatas fasilitasi mempertemukan dengan importir setempat. Tentu itupun bukan tanpa hasil. Sebut saja diantaranya adalah telah masuknya produk karpet terbuat dari karet sudah secara rutin yang di order oleh importir lokal, benang, handicraft, dan beberapa produk lagi yang masih dalam penjajakan.
Terakhir, saya sunggguh mengkritisi diri sendiri dan menutup tulisan ini dengan pertanyaan : “apakah kita tidak mampu melakukan promosi produk indonesia di chile yang lebih baik, ataukah kemauan kita yang memang cuma seujung kuku ?” (saya tak ingin bertanya kepada rumput yang bergoyang, karena rumput itu sudah layu, mungkin juga dimakan ulat bulu…!!)
Sumber : indonesia trade promotion center santiago Foto promosi produk lucu dari google - blog my creator
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H