Seiring kemajuan teknologi, masyarakat menjadi semakin konsumeris (hedonistik) dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Kita kini menjadi masyarakat materialistis yang segalanya diukur dengan uang, menunggu berarti uang, dan berpartisipasi dalam pemilu berarti uang. Futuris John Naisbitt pernah meramalkan bahwa tanda-tanda masa depan akan memberikan kekuatan spiritual. Hal ini karena masyarakat yang mengalami perkembangan teknologi atau ekonomi berada di bawah tekanan psikologis yang ekstrim.
Aspek spiritual merupakan pelarian bagi manusia ketika berada dalam tekanan yang ekstrim. Spiritualitas belum tentu agama, tetapi segala sesuatu yang membawa kedamaian dan ketenangan jiwa. Yang disayangkan dari orang-orang yang mencari spiritualitas adalah mereka menyimpang dari standar agama, membuat praktik baru, tersesat lagi dan berakhir di aliran yang salah.
Maraknya aliran sesat ini menjadi indikasi kegagalan berbagai organisasi keagamaan arus utama dalam berdakwah demi kemajuan umat. Penyalahgunaan ajaran agama yang dilakukan sebagian kelompok dibongkar karena meresahkan masyarakat. Ada sejumlah upaya masyarakat untuk mencapai kerukunan, antara lain dengan meningkatkan kesadaran antar kelompok masyarakat, baik ekonomi, politik, maupun agama.
Oleh karena itu, pegang teguh Al-Qur'an dan Hadits sebagai rujukan dalam kehidupan masyarakat sebagai pedoman praktis. Permasalahan ormas keagamaan merupakan permasalahan masyarakat yang paling mendesak, sehingga setiap ormas tidak boleh saling merendahkan satu sama lain. Pendekatan pemerintah terhadap tren menyimpang ini lebih fokus pada aspek sosial, politik, dan agama dibandingkan aspek agama. Namun pada kenyataannya permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah permasalahan kepercayaan yang membuat masyarakat tidak stabil.
