Disamping menjadi dokter kebidanan dalam membantu persalinan anak dari Presiden Pertama Indonesia (Ir. Soekarno) yakni Megawati-Satyawati. Beliau juga menggebrak lahirnya pelembagaan iptek di Indonesia. Dahulu pelembagaan iptek yang dibentuknya tidak berjalan sesuai dengan semestinya dan semakin semrawut ketika B.J. Habibie membentuk BPPT karena LEN dan LIPI diambil olehnya dan dialihkan ke Industri Strategis. Sehingga Sarwono menegaskan bahwa penelitian seharusnya dapat berjangka panjang bukannay instan. Tahun 1967 ketika LIPI berdiri diadakannya lokakarya secara internasional dengan bahasan pangan serta memetakan sumber daya alam dan teknologi yang cocok untuk digunakan di Indonesia.
Prinsip yang dipegang terus oleh Sarwono ialah "Tidak orupsi dan tidak cari kursi". Hal ini mengantarkan beliau menjadi sosok yang disegani oleh berbagai kalangan. Bahkan ketika beliau memimpin di Jong Java sudah menanamkan pentingnya dalam menghargai kepercayaan pada masyarakatnya. Di saat memimpin disalah satu sebuah lembaga penelitian, dia tidak pernah melibatkan urusan pribadi dengan instansi yang terkait. Seperti contoh ketika sudah selesai menjadi seorang pemimpin LIPI tahun 1973 dia pulang tidak dengan mobil dinasnya tetapi memakai mobil pribadi. Dalam kepemimpinannya, beliau percaya akan kekuatan tim yang selalu mendukung satu sama lainnya. Bahkan beliau selalu membantu anak buahnya jika terjadi kesehatan yang buruk serta selalu mendampingi anak buahnya. Sarwono juga terus menerapkan disiplin dan tanggung jawab.
Daripada itu, sebagai bangsa yang besar tidak melulu dipandang dalam aspek jumlah penduduknya tetapi dilihat juga akan kesehatan ibu maupun anaknya. Sehingga Sarwono berinisiasi membentuk pendirian PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) sejak tahun 1950an. Selain berkomitmen untuk membentuk SDM, Sarwono juga memimpikan agar pengolahan SDA lebih intensif demi kepentingan bangsa dan negera. Tahun 1967 disaat LIPI didirikan hal utama yang dilakukan ialah mengenai lokakarya pangan. Di dalam pembahasasnnya sendiri terkait dengan lokakarya yang berkesinambungan dengan persoalan yang komprehensif tentang pangan yang ada di Indoensia. Disisi lain, untuk melakukan semua kewenangan tersebut dibentuklah suatu lembaga yang menangani atas masalah yang terjadi di Indonesia. LIPI memang dimaksudkan sebagai Academy of Sciences yang ada di berbagai negera seperti AS, Uni-Soviet (Rusia), dan Eropa tetapi berbeda dengan hal ini di atas kedudukan pemerintah. Di Rusia atau Cina lembaga ini memiliki kedudukan strategis. Oleh karena itu, pemimpin negara harus segera membahas ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemajuan dan kemandirian di negara Indonesia.
Dengan demikian, seyogyanya pemerintah lebih memproritaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tingkat presentase anggaran yang lebih. Bahkan, ketika rencana akan dibentuknya AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) di dalam pengertiannya masih sebanding dengan lembaga yang serupa di Cina ataupun Rusia. Kemudian, ada gagasan lain dengan memecah Departemen Pendidikan Nasional menjadi 2 yakni Departemen Pendidikan Dasar/Menengah dan Departemen Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan yang mana LIPI masuk di dalamnya. Daripada itu, BPPT dapat bernaung di bawah Departemen Perindustrian yang bertujuan untuk kebutuhan industri nasional.
Perjuangan yang dilakukan oleh Sarwono dalam mengembangkan iptek di Indonesia perlu diteladani. Disamping itu, beliau juga telah mempelopori pelembagaan iptek di Indonesia melalui MIPI (Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia) tahun 1957. Bahkan, pada Orde Baru sekitar tahun 1967 beliau juga telah memimpin Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan mendapatkan reputasi nasional maupun Internasional. Sehingga Sarwono ini telah memiliki perhatian terutama pada melembagakan riset dalam jangka panjang tentang pangan, sumber daya alam serta teknologi. Akibatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengubah atau mengatasi berbagai krisis global maupun nasional demi meningkatkan kemandirian di suatu negara. Perjuangan yang dilakukan oleh Sarwono membuahkan hasil dan beliau juga telah dianugerahkan sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Referensi : Adam, Asvi Warman. 2010. Menguak Misteri Sejarah. Jakarta: Kompas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H