Mohon tunggu...
Reza Furqanza
Reza Furqanza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang hanya memiliki prinsip seperti titik

20107030012 Mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Film

Belajar tentang Mengapresiasi Tiap Menit Kehidupan bersama "Soul"

6 Maret 2021   17:02 Diperbarui: 7 Maret 2021   08:21 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Luar biasa" merupakan kata-kata yang nampaknya sangat cocok untuk menggambarkan film ini. Film ini memang menghadirkan visual dan alur cerita yang sangat memukau, sehingga agaknya tidak salah jika saya mengatakan bahwa film ini sangat luar biasa. Bahkan sampai sekarang saya masih terbayang-bayang tentang adegan demi adegan yang ada di dalamnya. Tidak hanya visual dan alur cerita yang memukau, film ini juga mengandung begitu banyak pelajaran tentang kehidupan. Permasalahan yang dialami oleh para tokoh juga agaknya sangat sering terjadi, bahkan mungkin kita salah satu yang pernah mengalaminya. Ya, film ini mengangkat cerita tentang bagaimana kita seharusnya menghargai kehidupan, tentang bagaimana menemukan tujuan hidup, dan tentang bagaimana mencintai diri sendiri.

Film ini berjudul SOUL, yang dirilis pada tahun 2020 silam. Diproduksi oleh pixar dan disney serta disutradarai Pete Docter, film ini pertama kali hadir di Indonesia melalui aplikasi Disney+ Hotstar.

Film ini bercerita tentang kehidupan seorang guru musik bernama Joe Gardner. Joe merupakan seorang pianis jazz yang sangat mencintai musik. Walaupun memiliki bakat yang sangat hebat, sayangnya Joe sering mendapat banyak penolakan untuk manggung, bergabung dengan band, maupun untuk ikut tampil dalam pertunjukan, hingga akhirnya ia terjebak dalam kehidupan yang menurutnya sangat biasa-biasa saja. Suatu hari ia bertemu dengan mantan muridnya bernama curley. Curley menawarkan joe untuk ikut dalam pertunjukan bersama dengan salah seorang pemusik terkenal yang sangat hebat yaitu Dorothea. Joe pun menerimanya, dan langsung datang untuk menunjukkan bakatnya kepada Dorothea. Permainan piano joe yang sangat indah membuat Dorothea begitu terkesan kepada nya, ia pun menerima joe sebagai pianis dalam band nya serta menyuruhnya bersiap untuk penampilan perdana nya malam ini. Joe sangat kegirangan mendengarkan hal itu, ia sibuk mengabarkan orang-orang tentang penampilannya nanti malam  hingga tanpa sadar ia terjatuh ke dalam selokan dan semuanya menjadi gelap.

Saat membuka mata, joe terkejut melihat diri dan sekelilingnya. Benar, dirinya sudah berubah menjadi jiwa dan sedang menuju the great after yaitu dunia kematian. Joe yang tidak terima akan hal itu, berlari dan mencoba untuk kembali ke dunia, akan tetapi bukannya kembali ke bumi, Joe malah terdampar di the great before yaitu dunia sebelum kehidupan. Dirinya kembali mengamati sekitar dan terus-menerus berusaha untuk dapat kembali ke bumi. Tapi sekeras apapun berusaha, dia tetap saja tidak dapat melakukan apa-apa. Joe sangat kesal atas semua yang terjadi, karirnya baru saja akan dimulai nanti malam tapi malah terjebak disini. Impian lama yang akhirnya terwujudkan, apakah harus berakhir seperti ini, pikirnya. Di the great before inilah joe harus menjadi mentor dari jiwa no 22, yaitu jiwa yang sangat tidak ingin mengalami kehidupan dan menganggap bahwa hidup hanyalah hal yang sia-sia belaka. Maka dimulailah perjalanan joe untuk membantu no. 22 menemukan tujuan hidupnya. Dimulai dari mencoba berbagai hal yang mungkin disukai no. 22, mencoba berbagai hobi, pekerjaan, dan banyak hal lain namun tidak ada satupun yang sesuai dengan no. 22. Mereka pun bertemu dengan moonwind seorang manusia yang tetapi juga dapat hidup dalam bentuk jiwa, kemudian terjadilah banyak hal-hal mengejutkan yang nantinya akan sangat berpengaruh pada joe gardner dan no. 22 hingga akhirnya mereka dapat menemukan makna sebenarnya dari kehidupan.

Setelah menonton film ini, ada banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan. Kisah joe gardner ini nampaknya sangat sering terjadi di dalam kehidupan kita. Kita sering merasa bahwa hidup kita ini sangatlah hampa. Kita sering menanggap bahwa apa yang kita capai dan apa yang telah kita lakukan sebagai suatu yang sia-sia, bahkan tak jarang kita membanding bandingkan hasil capaian kita dengan apa yang telah dicapai orang lain. Hal itu akhirnya malah membuat kita menyalahkan diri sendiri dan menganggap bahwa kita tidak pantas melakukan dan mendapatkan apa-apa. Padahal sebenarnya, setiap orang memiliki batas nya masing-masing. Kita semua sebenarnya merupakan orang yang sangat hebat, hanya saja terkadang kita tidak menyadarinya. Terkadang kita terlalu ingin menjadi orang lain hingga akhirnya kita hanya bisa hidup sebagai bayangan. Padahal kita bisa hidup sebagai diri kita sendiri, dengan keunikan, kelebihan, dan kekurangan yang kita miliki tanpa harus mendengarkan kata-kata dan pendapat orang lain.

Di dalam kehidupan sehari-hari, kita juga terkadang terlalu fokus pada capaian-capaian besar tanpa sadar bahwa sebenarnya hal-hal kecil pun bisa jadi sangat berharga. Kita sering terlalu terobsesi pada apa yang belum dicapai tanpa menyadari bahwa pencapaian kita sebenarnya sudah lebih dari cukup. Bahkan kita sering tidak mensyukuri dan menghargai apa yang telah kita capai.

Film ini mengajarkan kita tentang bagaimana cara menghargai apa yang telah kita miliki. Tentang bagaimana mengahargai setiap detik kehidupan, mensyukuri setiap tarikan nafas, dan menjalani hidup tanpa penyesalan. Soul mengajarkan kita bahwa obsesi yang terlalu berlebihan akan membuat kita kehilangan banyak hal. Terlalu menginginkan sesuatu akan membuat kita lupa tentang apa yang telah kita miliki. Dan ada banyak hal yang harus disyukuri dalam hidup ini.

Saya teringat pada salah satu scene yang sangat mengesankan, saat Dororthea menceritakan sebuah cerita pada Joe. Ia menceritakan tentang seekor ikan kecil yang ingin mencari lautan. Ikan itu berenang ke ikan yang lebih tua dan mengatakan "aku ingin mencari lautan". "lautan ?, kau sedang berada di dalamnya" kata ikan yang lebih tua. "ini ?, hah bukan" kata ikan kecil, "ini hanyalah air dan yang aku inginkan itu lautan". Ikan kecil itu terus saja bersikeras mengatakan bahwa ini hanya air, sedangkan yang ia mau adalah lautan tanpa menyadari bahwa tempatnya berenang saat ini adalah lautan.

Mungkin saja kita sama dengan ikan kecil itu. Jangan-jangan yang selama ini kita cari dan impikan sebenarnya telah ada di depan kita, hanya saja kita tidak mensyukuri nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun