Mohon tunggu...
reza ardiansyah
reza ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hobi menonton film, membaca, dan bermain

Selanjutnya

Tutup

Seni

Berjuang Melestarikan Pusaka agar Tetap Berharga

6 Desember 2022   14:58 Diperbarui: 6 Desember 2022   15:22 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Eswan Mustofa Pendiri kelompok INCREASE (Dokpri)

SOLO - Panasnya terik matahari tak menghalangi kemeriahan dalam bazar dan expo muktamar 48 di Surakarta, ada banyak sekali expo yang dibuka seperti bagian kuliner, produk kecantikan, alat ibadah, dan lain-lain. Salah satu expo yang menarik perhatian saya adalah expo pameran keris yang didirikan olah Eswan Mustofa dan kawan-kawan. Eswan membentuk kelompok yang berfokus pada pemeliharaan peninggalan kerajaan-kerajaan muslim di nusantara terutama pada benda pusaka yang diberi nama INCREASE Indonesia Creation Study And Relief.

“Kami membuat kelompok INCREASE yang berfokus pada pemeliharaan peninggalan kerajaan-kerajaan muslim di nusantara terutama pada benda pusaka, kami ingin mengkaji dan mengkampanyekan bahwa benda pusaka ini bukan warisan klenik tapi warisan budaya yang bernilai seni tinggi dan harus dipelihara.,  semua keris yang dipamerkan disini milik warga muhammadiyah dan difasilitasi oleh warga muhammadiyah yang mempunyai kepedulian terhadap peninggalan pusaka,” Ujar Eswan.

Menurut Eswan acara muktamar kali ini berbeda jauh dengan muktamar sebelumnya di Makassar, di Surakarta ini acaranya sangat meriah dan bahkan mereka dapat mengadakan pameran keris seperti ini, tanpa adanya ketakutan didakwa sebagai budaya klenik, sebaliknya mereka melawan dengan merasionalisasi atau disakralisasi bahwa benda pusaka yang awalnya dianggap sebagai budaya kelenik sekarang kita anggap sebagai sebuah produk budaya yang berharga dan bernilai tinggi. banyak sekali yang bisa dinikmati oleh warga Muhammadiyah dari peninggalan para leluhur terutama benda-benda pusaka seperti keris. Apalagi keris ini sudah mendapatkan sertifikasi dari UNESCO sebagai warisan artefak dunia.

Eswan dan kawan-kawan ingin mengkampanyekan bahwa di muhammadiyah ada yang konsen membuat kelompok dan mengkoleksi benda-benda pusaka seperti ini. Benda-benda pusaka ini bernilai seni tinggi dan tidak jarang bernilai ekonomi tinggi juga. Eswan dan kawan-kawan berharap akan ada banyak orang yang bergabung terutama bagi mereka yang memiliki pusaka-pusaka peninggalan sejarah dirumahnya.

Anak zaman sekarang sangat jarang ada yang mau merawat benda-benda pusaka seperti keris atau benda pusaka lainnya. Eswan sendiri prihatin terhadap orang-orang zaman sekarang yang tidak peduli terhadap barang-barang peninggalan bersejarah, tidak sedikit yang dirusak, dipotong, dibuang oleh mereka yang tidak paham dengan benda-benda pusaka tersebut. Padahal benda-benda tersebut adalah peninggalan sejarah yang bisa bernilai seni tinggi. Oleh karena itu Eswan dan kawan-kawan mendirikan expo ini untuk mengangkat kembali derajat benda-benda pusaka yang mulai di sepelekan.

Eswan sangat senang dengan diadakannya acara muktamar di Surakarta ini karena dia dan kawan-kawan dapat mengadakan pameran benda pusaka, tanpa adanya ketakutan didakwa sebagai klenik, “Kita melawan dengan merasionalisasi atau disakralisasi benda pusaka yang awalnya dianggap sebagai klenik kita anggap sebagai sebuah produk budaya yang bernilai tinggi,” ujar Eswan. Dia berharap dengan didirikannya expo ini orang-orang dapat belajar lebih menghargai dan melestarikan benda-benda pusaka seperti keris ini. Kalau bukan kita, siapa lagi ? jangan sampai negara tetangga yang mengambil benda pusaka kita ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun