Mohon tunggu...
Reza Dano
Reza Dano Mohon Tunggu... -

Seorang anak manusia lahir dari rahim St. Yawan Lessy berperanakan Ambon-Belanda dan disematkan rasa kebanggamaan oleh Muh. Sofyan Dano Musa berperanakan Tidore keturunan raja di raja. Melanjutkan studi S1 di kota Angin Mamiri sebagai anak teknik yang kebetulan kuliah di jurusan mesin... Bergiat dalam forum penulisan (FLP-Ranting Unhas) dan pernah turun langsung bersama CHF salah satu LSM berasal dari negeri kangoro dalam pasar sehat 2009-2010...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cermin & Bayangan Diri

31 Mei 2010   15:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bertengger indah di dinding. Terkadang di dinding kamar tidur, berada di sudut kamar bersama meja rias yang dihiasi aneka warna-warni hiasan wajah, atau bersama-sama lemari pakaian dengan aneka ukuran, besar atau kecil. Namun terkadang ia bisa juga terbang keluar dari kamar tidur dan bertengger di kamar lain, seperti kamar mandi, kamar tamu, dan kamar-kamar lain.

Walaupun ia bisa keluar dan bertengger di tempat lain, ia tetap harus mengikuti kodrat diri yang senantiasa rela untuk ditenggerkan sesuai dengan keinginan hati sang empunya, yang terkadang tidak pernah perduli dan bertanya kemana ia ingin untuk ditenggerkan. Itulah dirimu cermin!

Cermin masih saja setia pada tempatnya. Silih berganti wajah diri datang dan melihat bayangan diri mereka sendiri dalam cermin. Setiap Bayangan diri yang datang tidak pernah bertanya kabar atau sekedar menyapa san Cermin. Mereka hanya melihat diri sendiri dan berlalu lagi. Tapi esok pasti datang kembali dan melakukan hal yang sama lagi. Begitulah Cermin melewati hari-hari yang seakan berulang dari waktu ke waktu.

Cermin bertanya-tanya dalam hati, mengapa setiap Bayangan diri yang hadir tidak penah dan bahkan tidak mau menyadari mengapa ia melihat kepada diriku? Padahal ia melakukan hal itu terus-menerus, bahkan selama masa hidupnya. Cermin pun menyimpan sejuta asa dan pertanyaan yang ingin ia ungkapkan kepada Bayangan diri yang selalu datang tanpa mau menyapa itu.

Suatu masa, Cermin menangkap Bayangan diri yang tertegun terlalu lama didepannya. Di raih dan direngkuh, Bayangan diri pun tak melawan, malah menyandarkan dirinya pada Cermin. Mengapa begitu banyak gusar di hatimu wahai Bayangan diri? Apakah kau sedang mencari sesuatu? Apakah kau sedang mencari arti dari eksistensi mu di dunia yang maha luas ini? Kalau benar begitu, lihatlah dirimu dalam diriku! Apakah itu dirimu yang sela ini telah 'benar-benar' kau kenal? Adakah perubahan yang berarti dalam dirimu saat hari ke hari kau telah melihatnya dalm diriku? Pernahkah kau merenung tentang siapa dirimu saat kau melihat padaku, atau pernahkah kau menyelipkan pertanyaan dalam dirimu mengapa kau harus ada disini dan melihat padaku?

Begitu banyak pertanyaan yang terlontar dari bibir Cemin yang membuat hati sang Bayangan diri resah. Pertanyaan yang selama ini tidak pernah hadir, bahkan hampir tidak pernah terlintas dalam angan dan impian Bayangan diri. Bibir Bayangan diri terkatup tanpa bisa mengeluarkan satu patah kata pun. Pertanyaan yang 'mudah' namun memerlukan jawaban yang sukar untuk dicari, pikir Bayangan diri. Akhirnya, Bayangan diri hanya bisa tertunduk pasrah karena tak mampu mencari jawaban atas semua pertanya itu.

Cermin melanjutkan ceritanya. Memang butuh waktu yang cukup lama bagimu untuk bisa mengerti mengapa dirimu harus hadir di muka bumi ini. Siapa yang sebenarnya membutuhkan kehadiranmu dan untuk alasan apa, mungkin juga tiada yang tahu. Namun satu yang mungkin bisa kau pahami bahwa kehadiranmu disini pertama sekali adalah untuk dirimu sendiri. Tak perlu bingung untuk mencari jawaban atas semua pertanyaanku tadi. Itu hanya sebagai pintu pembuka kesadaaran mu, bahwa siapa pun kamu dan sekecil apa pun dirimu, kau pasti punya arti, setidaknya untuk dirimu sendiri. Jangan pernah resah dan gundah kalau sampai saat ini kamu merasa belum bisa menjadi arti bagi siapapun juga. Masa itu akan tiba, hari itu juga akan datang. Sekarang yang penting yang harus dirimu lakukan adalah terus berusaha menjadi bayangan diri yang baik dan bermanfaat bagi dirimu, keluargamu, temanmu, dan seluruh bayangan-bayangan diri lain yang ada didekatmu. Cermin menutu ceritanya dengan sebuah pesan,"Jangan pernah lupa untuk bercermin padaku, setidaknya aku tidak akan pernah memberimu gambaran palsu tentang bayangan dirimu."

Bayangan diri tersadar dan berlalu, dengan sambil terus menatap pada cermin yang seolah-olah baru saja berdongeng untuknya tentang arti setiap bayangan diri yang pernah bercermin padanya. Dongeng ini bukan sekedar dongeng, bathinnya berbicara. Aku akan sampaikan ini semua kepada keluarga dan teman bayangan diri yang lain.

Cermin masih setia pada tempatnya, menunggu bayangan diri lain yang memerlukan dirinya untuk melihat refleksi kehidupan yang telah terlalui. Cermi tak pernah mengeluh walaupun ia harus menungu lama. Sudahkah bayangan dirimu bercermin hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun