Dari sinilah kemudian kita mengenal istilah dalam pendidikan yaitu 'Education for All' pendidikan untuk semua. Istilah ini digunakan di pendidikan untuk semua orang tanpa mengenal miskin, kaya, pintar, bodoh, sampai kepada pendidikan untuk kesetaraan, dsb.
Tambah lagi, kita mengenal 'sistem zona' untuk pendidikan, yang gunanya untuk kesetaraan. Hal ini bisa jadi merupakan sistem yang dipengaruhi oleh aliran Marxis-Sosialis. Sekolah-sekolah ternama atau bergengsi khususnya negeri tidak boleh hanya menerima untuk orang-orang kaya dan pintar saja, tetapi harus mau menerima masyarakat kelas bawah dan tidak sedikit pintar agar ada kesetaraan dan semua bisa merasakan duduk di bangku sekolah bergengsi.
Dengan demikian, mari membuka mata, menatap masa depan, bukan menciptakan ketakutan. Gus Dur (2014: 187) mengatakan bahwa "kita berjuang tak boleh dibelenggu fakta. Orang-orang dulu berhasil karena menciptakan fakta baru". Kalau perbedaan Islamisme dan Komunisme kita perdalam dan kita lebih-lebihkan, kita memberikan kesempatan kepada musuh yang terus mengintai untuk melumpuhkan Gerakan Indonesia.
Jangan mau diadu domba oleh segelintir orang-orang yang memiliki tujuan atau kepentingan politik, meskipun mengatasnamakan agama Islam garis lurus membela rakyat, agama garis miring, agama segitigalah, agama tetek bengek apapun namanya, yang kecanduan hoax (berita bohong), menyebar kebencian, sampai ke ranah menebar fitnah. Soerojo (1988) menyebutnya dengan "taktik PKI sesungguhnya adalah mengadu domba dengan menimbulkan ketakutan yang mendalam di kalangan rakyat". Lantas sekarang pertanyaannya adalah -- siapa PKI nya? Anda bisa jawab sendiri!
Pustaka:
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Bahasa.
Fatoni, M. Sulton dan Wijdan Fr. 2014. The Wisdom of Gus Dur: Butir-Butir Kearifan Sang Waskita. Depok: Imania.
Soerojo, Soegiarso. 1988. Siapa Menabur Angin akan Menuai Badai. Jakarta: Rola Sinar Perkasa.
Soyomukti, Nurani. 2015. Teori-Teori Pendidikan: Dari Tradisional, Neo-Liberal, Marxis-Sosialis, hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sudarto. 1997. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grasindo Persada.
Yunus, Syarif. 2010. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia.