Mohon tunggu...
Reza Nurhuda Wirabrata
Reza Nurhuda Wirabrata Mohon Tunggu... Guru - Profesional Hipnoterapis

Sebagai Hipnoterapis juga makhluk sosial, saya tidak hanya fokus pada bidang pemberdayaan diri saja, tetapi mencoba aktif secara pribadi untuk mencermati dan memahami dinamika lingkungan sosial yang mempengaruhi kesejahteraan mental seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Memahami Proses Belajar untuk Menuju Kompetensi

23 Agustus 2024   19:07 Diperbarui: 23 Agustus 2024   19:10 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/vectors/pekerjaan-rumah-pendidikan-ujian-8533767/Input sumber gambar

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali mendengar istilah kompetensi, terutama dalam konteks pekerjaan atau pendidikan. Kompetensi mengacu pada kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik, berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah diperoleh. Namun, kompetensi tidak datang begitu saja; ia merupakan hasil dari proses belajar yang panjang dan berkelanjutan. Untuk benar-benar menguasai suatu kompetensi, seseorang harus melalui beberapa tahap pembelajaran yang akan membentuk kemampuan tersebut menjadi bagian dari pikiran bawah sadar.

Pemahaman tentang tahapan dalam proses belajar sangat penting, karena banyak orang merasa frustrasi ketika mereka tidak segera menguasai sesuatu yang baru. Padahal, setiap orang harus melalui proses yang sama, dan kesadaran akan hal ini dapat membantu mengurangi rasa putus asa dan memberikan motivasi untuk terus berlatih. Disini penulis mencoba menguraikan empat tahap yang harus dilalui dalam proses belajar untuk menuju sebuah komptensi.

Tahap 1: Ketidaksadaran Akan Ketidakmampuan (Unconscious Incompetence)

Tahap pertama dari proses belajar adalah ketidaksadaran akan ketidakmampuan. Pada tahap ini, seseorang belum menyadari bahwa mereka belum memiliki kemampuan tertentu. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka sudah tahu atau dapat melakukan sesuatu, padahal sebenarnya mereka masih jauh dari kompeten. Tahap ini sering kali diwarnai oleh rasa percaya diri yang tinggi, karena ketidaktahuan seseorang tentang apa yang sebenarnya diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan.

Sebagai contoh, seseorang yang baru pertama kali belajar bermain gitar mungkin merasa bahwa memainkan alat musik ini tidak terlalu sulit. Namun, ketika mereka mulai mencoba, barulah mereka menyadari bahwa mereka belum memiliki keterampilan yang cukup.

Tahap 2: Kesadaran Akan Ketidakmampuan (Conscious Incompetence)

Setelah menyadari bahwa mereka tidak kompeten, seseorang memasuki tahap kedua, yaitu kesadaran akan ketidakmampuan. Pada tahap ini, seseorang mulai menyadari bahwa mereka belum menguasai keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menyadari betapa sulitnya untuk mencapai kompetensi tersebut. Rasa frustrasi sering muncul pada tahap ini, karena orang tersebut menyadari betapa jauhnya jarak antara kemampuan mereka saat ini dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Namun, tahap ini juga sangat penting, karena merupakan titik di mana seseorang memutuskan untuk berlatih dan belajar dengan lebih serius. Kesadaran akan ketidakmampuan ini memotivasi individu untuk mencari pengetahuan lebih lanjut, berlatih lebih keras, dan memperbaiki kesalahan.

Tahap 3: Kesadaran Akan Kemampuan (Conscious Competence)

Setelah melalui latihan dan pembelajaran yang intens, seseorang akhirnya mencapai tahap kesadaran ak.an kemampuan Pada tahap ini, mereka mulai menguasai keterampilan atau pengetahuan yang dipelajari, tetapi masih harus berpikir dan berkonsentrasi saat melakukannya. Meskipun sudah ada kemajuan, tindakan mereka belum sepenuhnya otomatis dan masih memerlukan usaha yang cukup besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun