Malang -- Universitas Negeri Malang (UM) berhasil menciptakan alat pembakar sampah inovatif yang ramah lingkungan dengan teknologi tanpa asap, sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat yang bertujuan mengurangi polusi udara dan menjaga kebersihan lingkungan. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara dosen dan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM dengan pengelola Agrowisata Dilem Wilis Kabupaten Trenggalek.
Alat pembakar sampah tanpa asap ini dirancang untuk mengatasi permasalahan pembakaran sampah yang sering menyebabkan pencemaran udara. Dengan menggunakan metode pembakaran tertentu, alat ini mampu meminimalkan keluarnya asap dan mengurangi emisi berbahaya yang sering kali menjadi penyebab gangguan kesehatan serta masalah lingkungan. Prototipe alat ini telah diuji coba  dan menunjukkan hasil yang sangat positif.
Dr. Herlin Pujiarti, M.Si, ketua tim pengabdian masyarakat dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM, menyatakan bahwa proyek ini didorong oleh keprihatinan atas meningkatnya volume sampah dan dampak negatif pembakaran terbuka terhadap kualitas udara. "Kami berharap alat ini bisa menjadi solusi efektif  dalam mengelola sampah secara mandiri tanpa menimbulkan polusi udara. Selain itu, alat ini mudah dioperasikan dan diharapkan dapat diterapkan di Agrowisata Dilem Wilis" ungkapnya.
Selain mengatasi masalah polusi, proyek ini juga mengedukasi masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab. Tim pengabdian UM turut mengadakan pelatihan kepada pengelola Agrowisata Dilem Wilis  tentang cara menggunakan alat ini dengan benar dan aman.
Program ini mendapat respon positif dari pengelola Agrowisata Dilem Wilis yang merasakan langsung manfaat alat tersebut. "Kami merasa sangat terbantu. Dengan adanya alat ini, kami bisa membakar sampah tanpa khawatir menimbulkan polusi," ujar Ahlul salah satu pengelola yang turut mengikuti pelatihan.
Ke depan, Universitas Negeri Malang berencana untuk mengembangkan alat ini lebih lanjut agar dapat diproduksi secara massal dengan biaya yang lebih terjangkau, sehingga semakin banyak masyarakat yang bisa memanfaatkan teknologi ini. Langkah ini sekaligus menjadi bukti nyata kontribusi perguruan tinggi dalam memberikan solusi inovatif untuk isu-isu lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H