Mohon tunggu...
Ikhlasul Amal Reza
Ikhlasul Amal Reza Mohon Tunggu... Lainnya - Nama saya Ikhlasul Amal Reza, saya lahir di Malang dan tinggal juga di Malang. Saya merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu Komunikasi Semester 4.

Nama saya Ikhlasul Amal Reza, saya lahir di Malang dan tinggal juga di Malang. Saya merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu Komunikasi Semester 4.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pentingnya Ujaran Positif Ketika Bermedia Sosial

14 Juni 2020   09:30 Diperbarui: 14 Juni 2020   09:49 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media sosial merupakan sebuah wadah masyarakat untuk mengekspresikan dirinya masing-masing. Banyak sekali media sosial yang digunakan oleh masyarakat Indonesia, antara lainnya adalah Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, LINE, Telegram, dll. 

Saat ini, penggunaan media sosial terbanyak berada pada YouTube, Whatsapp, dan Facebook. Penulis termasuk pengguna aktif media sosial Facebook  hingga detik ini. Walaupun penulis hanya menggunakan Facebook untuk mencari gambar dan meme lucu, bukan berarti penulis tidak peduli dengan kasus-kasus yang berada di Facebook, antara lainnya adalah ujaran negattif dan penyebaran berita bohong.

Ujaran negatif tidak hanya berada di aspek politik saja. Namun ketika pandemi Covid-19 ini juga. Banyak masyarakat yang stress akibat pemberitaan Covid-19 yang terus menerus. Penulis tidak menyalahkan media berita karena mereka menyampaikan fakta yang terjadi di lapangan kepada masyarakat. Akan tetapi, apabila banyaknya pemberitaan Covid-19 seperti jumlah positif makin meningkat, atau jumlah korban meninggal yang meningkat. Masyarakat tentunya akan stress.

Terdapat beberapa tips agar tidak stress akibat pemberitaan Covid-19. Yaitu membaca berita Covid-19 dengan frekuensi yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan stress berlebih. Selain itu, hindari juga ujaran buruk tentang apapun itu. Dan yang terakhir, sebagai netizen juga tidak ada salahnya menyampaikan ujaran positif kepada netizen lainnya.

Sekali lagi penulis tekankan bahwa ujaran negatif di sini yang di maksud adalah ujaran yang menyebabkan masyarakat emosi, geram, hilang harapan, dan menimbulkan keributan di media sosial. Memang yang dituliskan adalah sebuah fakta, tapi tidak menutup kemungkinan fakta yang ditulis dapat menyulut emosi para netizen. Maka dari itu, kita harus membuat "penawar" yaitu ujaran positif.

Ujaran positif yang dimaksud adalah memberikan sebuah getaran positif terhadap masyarakat. Jika dalam musim politik, kita menyemangati masyarakat bahwa kita bisa bersama-sama membangun negeri ini dan percaya bahwa pemimpin kita pasti bisa. Dan jika di musim Covid-19 ini, kita menyemangati masyarakat bahwa pandemi ini pasti akan berakhir, tentu juga ikut menyebarkan anjuran untuk tetap dirumah saja.

Menebar ujaran positif juga tidak ada ruginya. Keuntungan yang kita dapat adalah hati menjadi lebih tenang yang dapat membuat kita menjadi berpikir optimis. Selain itu, kita juga bisa mengerjakan sesuatu yang lain tanpa ada beban sosial yang menumpuk.

Salah satu contoh ujaran positif ketika Covid-19 ini adalah membuat infografis tentang fakta/mitos terkait Covid-19, lalu menjelaskan apa itu ODP, PDP, dan OTG atau sebagainya itu. 

Di saat awal-awal Covid-19 muncul di Tanah Air, banyak orang yang menganggap ODP maupun PDP merupakan positif Covid-19. Hal ini tentu membuat masyarakat menjadi paranoid dan takut, tentunya di barengi dengan rasa cemas. Kemudian Dr. Tirta Mandira Hudhi melalui videonya, ia menjelaskan bahwa ODP dan PDP belum tentu positif. 

ODP dan PDP merupakan orang yang memiliki gejala yang mirip-mirip dengan Covid-19. Bisa saja si ODP/PDP ini terkena penyakit demam berdarah, atau mungkin hanya flu biasa. Dan orang dicap sebagai ODP karena dia berasal dari luar kota, sehingga dipantau oleh rumah sakit dikhawatirkan dia membawa virus ke kota yang ia kunjungi sekarang. Dan orang di cap PDP karena dia sakit dan menimbulkan gejala yang mirip-mirip dengan Covid-19. Tentu selama di rumah sakit, si pasien ini juga di tes. Apabila hasilnya negatif, maka status PDP dicabut.

Berikut merupakan salah satu contoh ujaran positif dikala pandemi Covid-19. Hal tersebut juga sangatlah berguna bagi masyarakat terutama netizen karena netizen jadi paham dan tidak asal judge orang ini ODP, berarti dia positif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun