Akhir akhir ini Indonesia mengalami masalah kekeringan yang berkepanjangan (el nino) yang cukup mempengaruhi ekonomi di negara Indonesia. Fenomena El Nino ini membuat para petani gagal panen,terlilitnya utang, bahkan sampai kepada perceraian ekonomi. Adanya jeratan utang dan juga perceraian pada umum nya banyak terjadi di Jawa Barat. Adapun gagal panen yang terjadi tidak seluruhnya terjadi karena kekeringan, akan tetapi karena adanya produktivitas tanaman yang menurun akhir akhir ini.
Para petani juga sudah sangat senang hati karena hujan mulai merata di bulan Oktober. Maka mereka (para petani) banyak yang menanam langsung, walaupun pada akhirnya para petani harus dihadapkan dengan kepahitan karena Desember kering lagi. Sementara untuk masalah produksi akan terjadinya kekurangan hingga 3 juta ton gabah kering panen. Harga pangan juga meroket dan tak kalah pentingnya lagi produksi gabah berpotensi turun lagi pada tahun 2024.
El nino juga berakibat untuk ekonomi masyarakat dimana adanya kenaikan harga seperti beras yang dapat memicu kenaikan Tingkat inflasi yang signifikan. Berdasarkan tren sebelumnya, para peneliti juga memperkirakan bahwa prediksi El Nino pada tahun 2023 saja dapat menahan ekonomi global hingga mencapai angka 3 triliun dollar AS atau setara dengan kurang lebih 46 miliar rupiah pada tahun 2029. Untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan, pemerintah membuat beberapa tindakan yang sangat membantu dalam memelihara keseimbangan dan juga untuk regenerasi perekonomian. Salah satu nya ialah untuk masalah kemarau yang berkepanjangan akibat dari El Nino.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H