Learning Loss di Masa Pandemi Covid-19: Dampak Tidak Menguasai Literasi TIK?
Pandemi Covid-19 di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui, pandemi Covid-19 telah menyerang Indonesia hampir dua tahun lamanya. Seluruh kegiatan manusia dialihkan pada kebiasaan baru, yakni kedalam jaringan atau biasa disebut dengan online, termasuk dengan kegiatan pembelajaran.
Terhitung sudah selama kurang lebih tiga semester, para siswa melaksanakan pendidikan jarak jauh (PJJ) yang dilakukan via online seperti melalui Zoom Meeting, sistem terpadu masing-masing sekolah, Google Meet, Google Classroom, WhatsApp Group, dan lain sebagainya.
Namun, tak sedikit pula siswa yang tidak menguasai penggunaan alat penunjang kegiatan online tersebut, atau biasa kita sebut sebagai gaptek alias gagap teknologi.
Hal ini terjadi karena para siswa tidak terbiasa menggunakan teknologi, yang mana biasanya terjadi pada kalangan menengah ke bawah. Lantas, apakah kebiasaan baru ini dapat memengaruhi Learning Loss?
Apa itu Learning Loss?
Dilansir dari The Glossary of Education Reform, “learning loss refers to any specific or general loss of knowledge and skills or to reversals in academic progress, most commonly due to extended gaps or discontinuities in a student’s education”.
Artinya, learning loss ini merupakan sebuah istilah untuk mengartikan kondisi di mana seseorang kehilangan pengetahuan dan keterampilan secara khusus atau umum, atau dalam istilah lain adalah mengalami kemunduran dalam hal akademik. Masalah ini sering terjadi karena adanya kesenjangan yang terjadi cukup lama dan berlangsung secara kontinu dalam pendidikan siswa.
Sebenarnya, istilah learning loss ini sudah dikenal sejak sebelum pandemi berlangsung. Namun, istilah ini kembali muncul dan menjadi sebuah trending topic di dunia pendidikan yang diduga merupakan dampak dari dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh.
Penyebab Terjadinya Learning Loss
Terdapat beberapa penyebab dari learning loss ini, yaitu siswa yang sudah lama tidak masuk sekolah, baik itu karena libur semester atau libur kenaikan kelas yang mengharuskan siswa tidak melakukan proses pembelajaran di sekolah lagi.
Selanjutnya, kompetensi guru yang rendah pun dapat membuat kegiatan pembelajaran tidak berjalan sebagaimana harusnya: efektif dan optimal. Hal tersebut tentu sangat fatal apabila tidak segera diperbaiki karena dapat mengakibatkan kebosanan dan kejenuhan pada siswa sehingga motivasi belajar mereka menurun.