Mohon tunggu...
Rey Seniman Langit
Rey Seniman Langit Mohon Tunggu... -

Rey Seniman Langit\r\nPenulis yang ber-motto : “Tak gentar dengan menulis selagi cinta memang tersirat untuk di serat” ini akrap dipanggil Seniman langit, sedangkan teman-temannya memanggil dengan nama Rey, hingga diberikan julukan menjadi Rey Seniman langit. Karya-karyanya termuat dalam buku tunggal dan antologi bersama di antaranya: \r\n“ 101 Kata Mutiara”, “Cahaya Mata Hati”’ “Pena Cinta Dalam Kaca (Penerbit Sahabat Kata), “Setapak Jalan Pendulang cinta”, "Novel serial Wajah Di Ujung Doa".\r\n\r\n“Antologi Tinta Emas” (Awang-awang/ 2012), Antologi Bogor Kasohor”, “Antologi Sahabat Maya”, “ Antologi Rinai Rindu Untuk Muhammad”, “Antologi Cipta Puisi”, “Antologi Guci Berdarah”

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Cinta Bahasa Indonesia

21 Agustus 2012   17:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:28 3208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Mendulang Mimpi Bersama Cintaku Dalam Bahasa. "

Dengan senyum di lemanya menderai, takut ! telah datang satu rasuk yang menyingkap takdir.

Sunyipun telah lama dia berdiri, memantik api kesendirian di saat semesta berputar terbalik. Tetap akan kembali kesediakala, jika perpisahan tiada sempat untuk berkata salam. Inilah bahasa kita yang teruntai untuk meminangmu kembali, merdu , mendayu, seikhlas khalbu-ku menulisnya dalam lubuk hati yang terenyuh.

Si cantik, kembali melengkuk , mengukir tinta dengan cahaya, semesta menjadi jernih, hingga nasib terselip semangat langkah untuk berkibar.

Kembali bersahut,,,! menyatukan biduk rahasia cahaya malam, kembali menyahut,,,! saling melambai di antara rasi yang membentuk lengkuk warna di ujung langit.

malam ini, satu bintang kembali menyapa, di atas jejak bunga anggrek kesetiaan.

Telah lama kembara, merajuk mimpi di atas puisi. "Selamat datang bintang " sapanya.

"semoga cercah keindahan malam, kembali menguntai dewi di langit, menjelma sulaman baru, atas nama sahabat hati dalam siteru Aku Cinta Bahasa Indonesia."

Reruntuhan kelambu yang dulu, mengemas satu per-satu asa yang telah tertinggal dan gugur bagaikan ranting yang terpatah, jujur...! daun itu telah lama menguning. Menjadi kumpulan rempah-rempah di atas daratan.

Dan semoga malam ini akan bersinar terang, untuk mendulang mimpi kembali hingga ujung waktuku, bersama segaris untai kalimat khalbu, yang tentunya terhiasi cinta oleh bahasaku. "Aku Cinta Bahasa Indonesia."

Luluhkan engkau sahabat hatiku, dengan bahasa dan kita meng-eratkan pertalian cinta tak terbatas., demi waktu yang belum usai "Aku Cinta Bahasa Indonesia."

Bahasa dan kita adalah alat komunikasi jiwa yang saling menyampaikan satu kehendak , di mana rasa adalah kesantunan yang melampirinya dengan hati yang tulus.

Seperti kita yang disatukannya, seperti kita yang diselaraskannya, seperti kita yang di rengkuhnya. Kisah nisan abadi tidak pernah mati yang berbudaya dan selalu terukir dengan gurat emas disanubari, bersatu kita teguhpun bercerai kita runtuh, seperti halnya puisi yang tercuat di sumpah pemuda. Gubahan puisi persembahan cinta tanah air dari pemuda-pemudi Indonesia.

SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928

Sebagai Alat pemicu semangat untuk pemuda-pemudi Indonesia untuk bersatu disetiap lembaran-lembaran keharmonisan dalam hal apapun.

Bahasa dan kita adalah jiwa yang saling merangkul untuk perjuangan selanjutnya. Dan Bagiku Bahasa dan Kita adalah titik kunci yang tak mungkin terlepas dari simpulnya, karena keduanya sebagai pemersatu langkah kita yang bermakna sebagai sentuhan silaturahim umat membawa berkah.

oleh.Rey Seniman Langit

Bogor , 22 september 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun