Mohon tunggu...
Reysabel Ruviana
Reysabel Ruviana Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Multimedia Merajai Dunia Online

13 Februari 2019   21:41 Diperbarui: 15 Februari 2019   13:59 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interaktivitas dalam jurnalisme multimedia.

Kini, video bukan hanya milik televisi, audio bukan hanya milik radio, teks bukan hanya milik koran. Internet dan teknologi mengumpulkannya menjadi satu sehingga muncul jurnalisme multimedia.

Istilah jurnalisme multimedia muncul ketika gempa melanda Kota Bhuj, India Utara. Gempa tersebut terjadi pada tahun 2001. Saat itu, Associated Press memproduksi dan mendistribusikan berita dalam bentuk teks serta audio-photo slideshow (McAdams, 2005). Multimedia journalism atau jurnalisme multimedia merupakan aliran jurnalisme yang memasukan lebih dari dua elemen media berita. Elemen media tersebut terdiri dari teks, gambar diam atau foto, gambar bergerak atau video, audio, dan animasi grafis (Deuze, 2004). Tidak seperti televisi atau radio yang hanya memproduksi dan mendistribusikan dua elemen media berita saja, internet memungkinkan masyarakat dapat menikmati berita berbagai media.

Menurut Deuze, interaktivitas dan hypertext merupakan ciri khas berita yang beredar di internet. Interaktivitas merupakan fasilitas media berita online yang memungkinkan para pembaca dapat saling berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan redaksi. Biasanya, interaktivitas ditunjukkan dengan adanya kolom komentar. Hypertext adalah fasilitas yang memungkinkan pembaca dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan menekan tautan atau link yang ada pada berita yang ia baca.

Interaktivitas dalam jurnalisme multimedia.
Interaktivitas dalam jurnalisme multimedia.
Hypertext dalam jurnalisme multimedia.
Hypertext dalam jurnalisme multimedia.
Dalam  Online Journalism milik Mindy McAdams, jurnalis multimedia atau pelaku jurnalisme multimedia perlu keahlian khusus. Pada umumnya, jurnalis memerlukan skill dalam mengumpulkan (gather), memilih (select), memproduksi (produce), mendistribusikan (distribute), dan menafsirkan (interpret) berita. Jurnalis multimedia harus memiliki skill tambahan untuk memenuhi syarat ke-multimedia-an berita. Paling tidak jurnalis multimedia mampu membuat dan mengolah foto, video, dan audio.

Kemunculan multimedia ini membuat masyarakat memiliki banyak pilihan dalam mengkonsumsi berita. Hal ini terjadi karena ke-multimedia-an dapat diakses dalam satu platform. Masyarakat juga dapat berinteraksi, bahkan berdinamika dengan para redaktur. Masyarakat juga dapat mengaksesnya tanpa perlu memperhatikan ruang dan waktu.

Kemunculan jurnalisme multimedia dibantu oleh kemajuan teknologi. Teknologi tersebut memungkinkan pembaca untuk memperoleh berita dengan gaya yang bervariasi. Cakupan konsumen produk jurnalistik makin meluas. Masyarakat disleksia, tuna netra, tuna rungu dapat mendapatkan informasi atas bantuan teknologi tersebut.

Dibalik manfaat di atas, jurnalisme ini dapat mengancam media lain selain media online. Produk jurnalisme multimedia diedarkan secara online. Media cetak cenderung kalah cepat dibanding media online. Media cetak memerlukan satu hari untuk mendistribusikan beritanya. Media online dapat mengalahkan hal itu dengan kecepatannya dalam mengedarkan berita.

Mau denger versi audionya? Klik sini, nih Repot #2 - Multimedia Merajai Dunia Online

Sumber Referensi:

Deuze, Mark. (2004). What is multimedia journalism. Britania Raya : Routledge.

McAdams, Mindy. (2005). Flash journalism: how to create multimedia news packages. Waltham : Focal Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun