Mohon tunggu...
Renaldhy Sugiarto
Renaldhy Sugiarto Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa IAIN Jember

Bergunalah untuk orang sekitar mu, selalu berusaha pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penjelasan Tentang Adab Guru Menurut Imam Al-Ghozali

12 April 2020   04:33 Diperbarui: 12 April 2020   05:24 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Innalhamdalillah nahmaduhu wanastainuhu ambaats.

Baik disini saya akan menjelaskan pernyataan salah satu murobbi saya, yaitu penjelasan tentang artikel saya sebelumnya ( 11 Adab guru menurut imam Al-Ghozali ), sebagai berikut:

Pertama, tidak berhenti menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak ada batas akhirnya karena kewajiban ini dilakukan sejak dari ayunan ibu hingga liang lahat. Dalam kaitan ini Gus Mus pernah menulis dalam akun Twitternya, "Seseorang akan selalu pandai selagi terus belajar. Bila dia berhenti belajar karena menganggap dirinya sudah pandai, mulailah dia bodoh."
 
Kedua, bertindak dengan ilmu. Orang alim (guru) hendaknya bertindak berdasarkan ilmu terlebih dalam hubungannya dengan ibadah. Di luar ibadah pun, suatu tindakan juga harus sesuai dengan ilmu terkait, misalnya pengobatan atau terapi terhadap orang sakit harus berdasarkan ilmu tertentu yang memang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam ibadah, amal tanpa didasari ilmu akan tertolak.
 
Ketiga, senantiasa bersikap tenang. Orang berilmu tentu bersikap tenang dalam menghadapi berbagai persoalan. Inilah salah satu hal yang membedakan antara orang berlilmu dan orang tak berilmu. Terlebih dalam menghadapi murid-murid yang menjadi tanggung jawabnya dalam kependidikan, seorang guru hendaknya bersikap sabar dan tidak emosional.
 
Keempat, tidak takabur dalam memerintah atau memanggil seseorang. Orang alim (guru) dituntut meneladani sifat-sifat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak mungkin. Hal ini sejalan dengan hadits yang menyatakan bahwa ulama adalah para pewaris Nabi. Rasulullah dikenal sangat tawadhu' sehingga para alim atau ulama juga dituntut bertawadhu' dalam semua hal termasuk dalam memerintah dan memanggil seseorang, misalnya murid.  
 
Kelima, bersikap lembut terhadap murid. Sangat tidak dianjurkan orang alim (guru) bersikap keras, apalagi kejam terhadap murid-muridnya sebab hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka. Sering kali murid tidak berani jujur dengan mengatakan apa adanya ketika guru sangat keras terhadap mereka yang bersalah. Akibatnya mereka memilih berbohong agar selamat dari kemarahan guru.
 
Keenam, tidak membanggakan diri. Orang alim (guru) hendaknya tidak membanggakan diri atas semua prestasi yang diraihnya sebab hal ini bisa membawanya pada sikap ujub, yakni mengagumi diri sendiri yang ujung-ujungnya menimbulkan kesombongan. Allah sangat tidak menyukai hamba-hamba-Nya yang sombong, dan sebaliknya mengangkat derajat orang-orang yang senantiasa bertawadhu'.

Next...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun