Pengenalan ragam jenis serta cara regulasi emosi pada anak-anak usia dini perlu dilakukan, sebagai upaya untuk mengenalkan cara mengelola emosi dan macam-macam emosi atau perasaan dari manusia. Sehingga, mereka mampu untuk memahami perasaan yang dialami oleh diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2023, menyatakan bahwa terdapat 141 kasus kekerasan fisik/psikis yang dialami oleh anak-anak. Hal tersebut, dapat disebabkan oleh ketidakmampuan anak untuk meregulasi emosi nya dengan baik.
Sebagai salah satu upaya mengurangi dan mencegah terjadinya kekerasan pada anak sejak dini, maka salah satu mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang melaksanakan program pengabdian masyarakat yang berupa psikoedukasi kepada siswa dari Paud Qur'an Al-Fatih YSBA yang beralamat di Jl. Anggrek No.6, RT.009/RW.005, Jatibening baru, Kecamatan. Pondok Gede, Kota Bekasi 17412 pada hari Selasa, 26 November 2024. Materi yang disampaikan oleh Chairunnisa Feby Rafiola ini mencakup pengenalan ragam emosi manusia,dan cara untuk meregulasi emosi tersebut.Â
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dimulai dengan mengikuti kegiatan rutin dari sekolah yang dilakukan setiap paginya dengan membaca doa, tepuk semangat, dan membuat lingkaran. Setelah itu, anak-anak diberi soal pre-test untuk mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman anak terkait materi yang akan diberikan. Setelah diberi soal pre test, anak mulai diberikan materi berupa animasi video agar tidak bosan dan dapat memperhatikan materi dengan baik. Animasi vidio berupa pengenalan emosi seperti marah, sedih, bahagia, dll. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan penayangan video animasi yang bertema sabar yang dikombinasikan dengan permainan menggunakan bola warna-warni dan teknik tahan nafas lalu hembuskan sebagai metode untuk melatih kesabaran anak.
Setelah seluruh materi psikoedukasi telah diberikan, maka post-test diberikan pada peserta. Sebagai sarana untuk mengukur pengetahuan anak setelah mengikuti psikoedukasi ini. Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan psikoedukasi, anak-anak diberikan reward berupa susu dan berbagai jajanan sebagai ucapan terimakasih karena telah aktif berpartisipasi pada kegiatan ini. Diharapkan, dengan adanya kegiatan psikoedukasi ini kekerasan fisik/psikis pada anak-anak dapat berkurang atau bahkan dicegah sejak dini. Karena anak-anak telah dibekali pengetahuan untuk mengendalikan emosi dirinya sehingga dapat bersikap baik dengan diri sendiri dan sesamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H