Mohon tunggu...
Reyna Modeong
Reyna Modeong Mohon Tunggu... Lainnya - S1

nalar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Goroho dan Konstruksi Sosial Masyarakat

29 Mei 2020   09:23 Diperbarui: 29 Mei 2020   09:32 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhir pekan lalu beredar video yang menggemparkan warga sulut yaitu dengan beredarnya video yang memperlihatkan seorang ABG yang diduga berasal dari salah satu daerah di SULUT sedang melakukan mastubrasi dengan pisang goroho. Hampir seluruh warga net memperbincangkan hal ini hingga menjadi trending khususnya di facebook. Banyak yang melakukan cibiran atas kelakuan perempuan itu hingga membagi-bagikan videonya dengan cepat. 

Stigma yang dibangun oleh masyarakat patriarki yang selalu menyudutkan perempuan dalam kasus seperti ini sungguh sangat merugikan karena bisa mengganggu psikisnya hingga membuat ia dijauhi oleh orang-orang bahkan hal yang paling fatal, seperti mengakhiri hidupnya sendiri. Tanpa disadari bahwa ternyata kaum adampun banyak yang melakukan video mastubrasi tetapi tidak pernah menjadi trending dan menjadi bahan cibiran seperti yang dialami oleh kasus goroho. Padahal, kalau dilihat dari sisi agama maka keduanya tentu sama bersalah. Dari sini mungkin kita bisa melihat bahwa tangan kita sangat bisa melukai bahkan mengakhiri hidup seseorang meski tak bertatap secara langsung. Konstruksi sosial yang berada di masyarakat masih kental dengan budaya patriarki sehingga menganggap bahwa perempuan salah melakukan hal tersebut sedangkan laki-laki tidak apa-apa. 

Inilah yang kemudian belum mengerti dengan kesetaraan gender, dimana laki-laki dan perempuan seharusnya bisa setara apalagi dalam segi karakteristik yang terletak pada setiap individu berdasarkan jenis kelaminnya. Hal ini bisa merobak konstruksi sosial masyarakat yang tadinya selalu mengucilkan atau membatasi ruang gerak  perempuan bisa menjadi lebih luas seperti laki-laki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun