Sejujurnya berat untuk langsung menerima kekalahan Indonesia dari Uzbekistan di laga semi final yang digelar malam ini (29/4) di Stadion Abdullah bin Khalifa Qatar.
Rasanya sangat terpukul dan tak percaya bahwa timnas bisa kalah tanpa gol balasan. Meski saya harus akui, Uzbekistan memang bermain sangat baik dan telah menunjukan kualitasnya sebagai tim kuat yang mampu mendominasi pertandingan.
Tapi bukan berarti mereka tidak memiliki celah dan kelemahan, terbukti beberapa kali timnas mendapat peluang dari sisi kanan, namun tidak adanya Struick di lini depan membuat timnas kesulitan untuk membuka ruang.
Marselino dan Witan tidak bisa berbuat banyak. Sananta yang menggantikan posisi Struick terlihat belum matching dan belum bisa menyesuaikan diri dengan skema permainan yang diinginkan Shin Tae-yong.
Saya sendiri merasa aneh ketika timnas Indonesia bermain tidak seperti biasanya. Penampilan timnas Indonesia malam ini sangat-sangat jauh kualitasnya apabila dibandingkan dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya ketika melawan Korea, Yordania atau pun Australia. Entah, saya merasa Indonesia seperti kehilangan karakter bermainnya.
Absennya Struick memang benar-benar sangat mempengaruhi lini serang timnas. Ia yang biasanya rajin jemput bola, bisa buka ruang, rajin pressing, pandai dan kuat menguasai bola, punya determinasi dan daya jelajah tinggi tak bisa begitu saja di gantikan perannya oleh Sananta, apalagi Hokky.
Perannya sungguh sangat vital, sehingga ketika akhirnya ia absen, timnas seperti kehilangan karakternya. Dari statistik, timnas bahkan hanya mampu menghasilkan 4 tembakan dan tidak ada yang on target. Sementara Uzbekistan sangat unggul dengan 28 tembakan dan ada 4 tembakan yang on target.
Saya menyebut keadaan melemahnya lini serang timnas itu sebagai "Struick Effect". Tanpa Struick, taktik dan skema permainan yang diinginkan Shin Tae-yong tidak berjalan dengan baik, bahkan bisa dibilang gagal total.
Bahkan jika saya harus memberi kritik, pemain yang paling sedikit berkontribusi dalam pertandingan adalah Sananta. Sangat jauh sekali perbandingannya dengan Struick. Penampilannya cukup mengecewakan, sehingga permainan Indonesia di lini depan menjadi tidak berkembang.