Di suatu senja yang sedang cerah - cerah nya yang entah bulan keberapa di tahun itu, Anna tiba - tiba menutup diri dan mendadak tidak bisa dihubungi. Aku paggil berkali - kali, namun tak ada jawaban sama sekali. Aku hanya bisa menatap nanar langit - langit kamar sembari memikirkan bagaimana nasib hubunganku dengan Anna. Akankah hubungan ku dengan Anna bisa harmonis seperti dulu lagi?
Samar - samar di sudut kamar terdengar alunan musik lembut dengan penggalan lirik yang sudah tidak asing lagi, berbunyi: "And when the night is cloudy... There is still a light that shines one me..., Shine until tomorrow, let it be......" rupanya itu adalah playlist lagu The Beatles yang aku putar di laptop sejak dua jam yang lalu. Entah kenapa lagu itu pula yang kebetulan 'lewat' disaat - saat aku sedang gundah gulana seperti ini. Lagi - lagi mengingatkan ku pada wajah Anna.
Sampai akhirnya arah jarum jam di dinding kamar dekat jendela menunjuk pada angka delapan. Suasana Kamis malam itu benar - benar sepi. Jangankan suara kodok atau jangkrik, suara cicak yang biasanya kedengaran sedang berpacaran tiap Kamis malam pun kali ini tidak ada. Hujan pun tidak ada, malam benar - benar cerah, akan tetapi angin pembawa kabar buruk itu sepertinya sedang ingin bertamu.
Benar saja, ditengah keheningan itu nada dering di Handphone ku berbunyi. Rupanya Anna yang menelpon.
"Jadi ini yang aku dapat, setelah dua tahun lebih mati - matian setia sama kamu?" Tanpa basa - basi, Anna langsung masuk ke inti pembicaraan.
"Aku bisa jelasin Na" Jawabku singkat.
"Kamu itu orang aneh, buat apa coba sampe ngabisin waktu dua tahun untuk perempuan yang kamu sendiri sebenarnya gak cinta. Kamu selama ini cuma terpaksa aja kan jalanin hubungan ini?"
"Aku kurang nurut apa coba sama kamu, aku udah jauhin semua temen - temen cowok aku demi kamu. Aku juga udah nolak puluhan cowok yang datang ngejar - ngejar aku yang bahkan effort nya melebihi apa yang kamu lakukan buat aku. Tapi aku malah diperlakukan seperti ini !. Kamu emang gak pernah bersyukur dapetin aku!." Anna meradang.
"Naa"
Belum sempat aku menjawab, Anna sudah langsung kembali mengomel, layaknya senapan mesin AK-47.
"Kalau memang sejak awal kamu gak tahan sama sifat aku, kekurangan aku, kenapa kamu terusin juga hubungan ini? Kamu itu manis di awal doang, gak beda jauh sama cowok - cowok lain di luar sana!"