Kali ini Shin Tae-yong menggunakan formasi 5-4-1. Jordi Amat diapit Fachrudin Aryanto disisi kanan dan Rizky Ridho disisi kiri. Sementara Asnawi dan Arhan menjaga lebar lapangan dan sesekali overlap untuk membantu serangan.
Dilini tengah Shin Tae-yong memasang Marc Klok dan Rachmat Irianto, dua gelandang yang bertipikal bertahan. Sementara Yakob Sayuri bertugas di sayap kanan dan Marselino Ferdinan di sayap kiri. Sedangakan Dendy Sulistyawan kembali dipercaya sebagai ujung tombak serangan.
Park Hang-seo melakukan mirroring
Ingin mencoba meng-counter taktikal Shin Tae-yong, rupanya Park Hang-seo mencoba melakukan mirroring dengan menggunakan formasi yang sama yakni 5-4-1.
Cara tersebut lumrah dilakukan oleh pelatih-pelatih klub eropa dengan tujuan untuk mengimbangi permainan lawan. Bukan hanya Hang-seo, Polking pun melakukan hal yang sama kala timnya bertemu Indonesia pada fase grup yang lalu.
Hasilnya, terjadi pertandingan yang cukup alot bagi kedua tim, bahkan tak jarang terjadi situasi deadlock dan kebuntuan permainan ketika kedua tim menggunakan formasi yang sama.
Namun cara tersebut rupanya belum cukup berhasil untuk menundukan Timnas Indonesia, terlihat skuad Garuda justru lebih mampu menciptakan beberapa peluang yang hampir saja berbuah goal.
Sayangnya, decision making dan finishing lagi-lagi menjadi titik kelemahan timnas Indonesia, sehingga setiap peluang yang tercipta seringkali hanya terbuang sia-sia. Ini yang harus segera diperbaiki oleh Shin Tae-yong.
Taktik fleksibilitas Shin Tae-yong membuat Park Hang-seo mati kutu
Meski timnas Indonesia menggunakan formasi bertahan 5-4-1, namun dalam aplikasinya Timnas bermain lebih cair dan fleksibel ketika dilapangan. Hal itu berbeda dengan Vietnam kendati menggunakan formasi yang sama.
Marselino Ferdinan misalnya, pemain yang bertugas di sektor sayap kiri ini kerap masuk ketengah (narrow) membantu Klok dan Irianto dalam mengkreasi serangan. Situasi ini menghasilkan keunggulan 3 vs 2 dilini tengah bagi timnas Indonesia.